Entah aku cengeng, entah aku lebay. Baca novel Amelia-nya Tere Liye aja dikit-dikit terharu, nangis. Padahal ceritanya cuma tentang anak yang baik hatinya. Kata-katanya pun sederhana, apa adanya menggambarkan hidup sebuah keluarga kecil yang memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan. Tidak ada metafora rumit, pun kiasan-kiasan. Sederhana saja.
Buku The Ghost Writer, Sang Penulis Bayangan, menurut saya bagus. Awalnya saya memang merasa berat membacanya, karena buku terjemahan biasanya bahasanya agak kurang familiar, seperti kaku dan baku sekali. Khas seperti buku terjemahan lainnya_harus benar-benar dibaca, baru bisa mengerti apa maksudnya. Dan ketika sudah mengerti maksudnya, oo.. ternyata begini.
Ternyata tata bahasa yang digunakan novel ini bagus, pemilihan katanya cerdas, cenderung singkat, namun cukup efektif. Tidak perlu bertele-tele untuk menjelaskan sebuah peristiwa, tidak perlu berpanjang lebar untuk menunjukkan bahwa sebuah peristiwa yang terjadi itu luar biasa, cara bertutur yang apa adanya. Saya sering terkejut menyadari bahwa betapa bagusnya kalimat yang baru saja saya baca. Dan sering terbersit, "Kok bisa ya", penulisnya merangkai kata sedemikian rupa sehingga pas. Pas. Tidak berusaha menunjukkan dengan tulisan berlebihan, tapi penulis bisa memunculkan kesan bahwa hal ini luar biasa.
Sepanjang membaca buku ini, saya sering membatin, kok bisa sih bahasanya bisa bagus seperti ini. Tidak perlu menunjukkan situasi kondisi dengan bahasa berlebihan, tapi pembaca akan terkejut dan menyadari sendiri bahwa kalimat tersebut istimewa.
Tidak hanya gaya bahasanya, tapi ide cerita, konflik, alurnya, keren. Kok penulisnya kepikiran cerita seperti itu. Seperti benar-benar telah terjadi. Antara satu peristiwa ke peristiwa lain dijelaskan dengan begitu mengalir, tidak ada kesan ujug-ujug dan dipaksakan seperti layaknya sinetron Indonesia.
Lagi, kok bisa sih penulis menulis cerita seperti itu? Berapa buku yang telah dihabiskan untuk mengetahui sampai detail cerita? Buku apa saja yang dibacanya? Pastilah sang penulis novel keren sekali, sudah menguasai berbagai hal, telah berhasil membaca banyak buku, dan yang terpenting, dia telah berhasil mengalahkan dirinya sendiri untuk bisa menulis, selalu menulis, dalam keadaan apapun. Keren. Dan dalam kalimat-kalimatnya, seperti terselip curcol alias curhat colongan penulis tentang bagaimana selama ini dia bisa menaklukan diri untuk menulis. Kalimat ini, gue banget. Apa yang ditulisnya seribu persen benar, dan ternyata tidak hanya saya saja yang sering mengalaminya, :)
"Dari semua aktivitas manusia, menulis adalah salah satu kegiatan yang paling mudah dicarikan dalih untuk tidak dimulai_mejanya terlalu besar, mejanya terlalu kecil, terlalu ramai, terlalu sepi, terlalu panas, terlalu dingin, terlalu dini, terlalu telat. Sudah bertahun-tahun aku belajar mengabaikan semuanya, pokoknya mulai bekerja."
Benar sekali kalimat tersebut.
===
Cerita dimulai dengan terbunuhnya Mike McAra_ajudan perdana menteri Inggris, Adam Lang_yang didaulat untuk menulis memoar sang perdana menteri. Nah, karena sang penulis meninggal, entah kecelakaan entah bunuh diri, maka diperlukan pengganti Mike McAra sebagai penulis bayangan. Maka ditunjuklah Sang Penulis Bayangan. Disini saya menyebutnya dengan “aku” saja. *Ya Allah, sudah menamatkan novelnya tapi saya tidak tahu nama sang tokoh utama, tokoh aku, yang menggantikan posisi Mike McAra, yang sering disebut sebagai hantu. Saya yang terlewat mengingat namanya ketika membaca atau memang namanya tidak pernah disebutkan ya? Ya sudah, habis ini buka-buka novelnya lagi, :p *
Bukan tanpa alasan tokoh aku terpilih sebagai penulis bayangan memoar Adam Lang, mantan Perdana Menteri Inggris. Bisa dipercaya untuk menulis memoar seorang tokoh besar dunia, pastilah orang tersebut orang besar juga dibidang penulisan. Setidaknya dia pernah menulis buku bagus. Dan pastinya orang tersebut sudah diinvestigasi terlebih dahulu, bagaimana kapasitas dan kredibilitasnya. Yang merekomendasikan "aku" agar menggantikan posisi McAra adalah Ruth, istri Adam Lang. Dia membaca memoar seorang tukang sulap yang pernah ditulis "aku", dan menilai bahwa memoar tersebut bagus, bisa menceritakan kehidupan tukang sulap secara lebih bernyawa.
Ditimbang-timbangnya tawaran menjadi penulis bayangan. “Aku” masih dalam keraguan, antara pergi ke pertemuan dengan penerbit dan pengacara Adam Lang dari Amerika atau tidak. namun pada akhirnya, "aku" berangkat juga ke Rhinehart Publishing UK bertemu dengan Rick, agennya yang telah membujuk sebelumnya, Jhon Maddox dari pihak penerbit, serta Sid Kroll_pengacara mantan perdana menteri Adam Lang. Pada pertemuan itu, "aku" masih berada dalam ketidakpastian, tidak yakin apakah "aku" akan menerimanya atau tidak. Mengalir saja. namun dari percakapan mereka, dari perkataan "aku" yang memukau, Maddox dan Kroll jadi tertarik, sehingga dijabarkanlah persyaratan serta keuntungan yang didapat, sampai pada kesimpulan bahwa mau tidak mau "aku" harus mau menjadi penulis bayangan memoar Adam Lang. Pernyataan Maddox dan Kroll menyiratkan bahwa dia menerima "aku" sebagai pengganti McAra, dan "aku" harus mau.
Pertemuan tersebut membawa "aku" ke Amerika, yang merupakan salah satu syarat dalam penulisan memoar. "Aku" akan mengerjakan penulisan tepatnya di rumah Marthin Rinehart di kawasan Marthi's Vineyard.
Dalam perjalanan ke Marthi's Vineyard, "aku" seperti menapaktilasi perjalanan McAra, dan mendapati kesimpulan bahwa jika kondisi kapal seperti ini, pagarnya hanya sebatas pinggang manusia, disertai dengan cuaca beku, angin dingin, maka batas antara menceburkan diri dan tercebur sangat tipis. Dan bisa saja kesimpulan investigasi tentang McAra benar, yaitu kecelakaan, terjatuh dari kapal dan tenggelam.
Dalam perjalanan ke Marthi's Vineyard, terbersit pertanyaan-pertanyaan, diantaranya, kenapa memoar itu tidak boleh dibawa keluar, kenapa penulisan memoar harus berada di daerah terpencil begini?
===
Yah, kenapa endingnya jadi seperti ini. Saya kan sudah penasaran bagaimana penulis menuntaskan konflik. Saya penasaran bagaimana penulis menyelesaikan "pertikaian" antara Adam Lang dan mantan Menteri Luar Negerinya, Richard Rycart. Bagaimana penulis mengakhiri masalah kompleks dan ruwet ini. Kok jadinya begini..
Penulisnya bingung juga kali ya, bagaimana kisah selanjutnya setelah Lang mengetahui bahwa "aku" telah membocorkan semua yang telah "aku" tahu, mengenai kemungkinan siapa Lang sebenarnya, justru kepada musuh bebuyutannya saat ini, Richard Rycart.
Rycart telah menuntut Lang ke Pengadilan Internasional atas dugaan keterlibatan Lang dalam pembunuhan empat warga negara Inggris di pakistan, dan Rycart menyebut Lang sebagai penjahat perang. Akibatnya, Lang dicemooh dimana-mana. Otomatis pihak Lang kelabakan.
"Aku" penasaran, sebenarnya, benarkah Lang bertanggung jawab atas tuduhan itu? Kalau tidak, kenapa pihak Lang kelabakan dan bingung harus memberi pernyataan seperti apa? Kalau iya, kenapa?
Ruth, istri Adam Lang dan Amelia_juru bicara dan mungkin sekaligus kekasih gelap Adam Lang_ketakutan. Apa yang akan terjadi jika Rycart benar-benar memberikan bukti kepada Mahkamah Internasional? Kemungkinan besar adalah Lang akan mendekam di penjara!
Diadukannya Lang ke Mahkamah Internasional menjadi Breaking News di semua media. Sampai banyak juru media yang mendatangi keberadaan Lang di Marthi's Vineyard.
Karena media begitu gencar menuduh Lang sebagai penjahat perang, mereka bertindak untuk menghadapinya. Kroll, pengacaranya datang langsung dari Washington ke Marthi's Vineyard. Mereka membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi untuk mengantisipasi berbagai hal. Dan langkah selanjutnya adalah Lang mengikuti konferensi di Washington yang diikuti oleh petinggi pemerintahan Amerika serta Wakil Presiden.
"Aku" secara otomatis terlibat dalam kehidupan Adam Lang. Dia juga disuruh untuk membuat text pernyataan untuk sementara meredam gejolak di masyarakat saat ini.
===
Karena situasi berubah, "aku" disuruh tinggal di rumah Rhinehart, dan tinggal di kamar bekas McAra. Dari situ "aku" menemukan arsip-arsip yang menunjukkan hal yang berlawanan dengan apa yang dikatakan Lang tentang awal tahun karir politiknya dan tentang kehidupannya di Cambridge University.
"Aku" penasaran, dan mengikuti petunjuk yang ada. *Gila. Berani sekali "aku" mengikuti rasa penasaran. Padahal bisa jadi karena arsip yang didapat itulah, McAra meninggal.*
Arsip itu terdiri dari beberapa foto Lang ketika masih kuliah di Cambridge dan ada juga kartu keanggotaan partai. Salah satu foto memperlihatkan Lang sedang bersama Rycart. Oh, jadi Rycart adalah teman Lang ketika di Universitas. Lantas kenapa sekarang mereka justru seperti bermusuhan? Juga, di kartu keanggotaan partai tertulis tahun 1975. Bukankah berdasarkan cerita Lang sebelumnya, dia mulai terjun di dunia partai sejak bertemu dengan Ruth, istrinya kini, pada tahun 1977? Kenapa Lang tidak bercerita yang sebenarnya?
Arsip pencarian McAra tersebut menunjukkan bahwa begitu detailnya McAra sehingga sejauh ini meneliti semua kehidupan Lang. Hal ini memunculkan keingintahuan "aku" melihat lokasi kematian McAra. Maka demi memuaskan rasa penasarannya, "aku" rela bersepeda ke lokasi kematian McAra, di tepi pantai dalam cuaca dingin dan diprediksi akan ada badai. Ketika dalam perjalanan, "aku" kehujanan dan berteduh di sebuah rumah, dan disitu "aku" bertemu dengan seorang lelaki tua.
Lelaki tua memberi pernyataan yang menyangkal bahwa tidak mungkin dalam cuaca seperti ini seseorang bisa terdampar di pantai. Ia juga berkata bahwa ada seorang wanita yang melihat cahaya senter di tepi pantai, tepat di malam kematian McAra. Wah, mencurigakan.
Keesokan paginya, "aku" terpaksa menaiki mobil yang juga di pakai McAra sebelum kematiannya. Awalnya tujuan "aku" adalah ke hotel tempatnya tinggal semula. "Aku" sudah muak tinggal di rumah Rhinehart. Namun operator navigasi di mobil membuatnya penasaran, kemana McAra mengendarai mobil ini sebelum meninggal. Ada pilihan rute sebelumnya, dan "aku" menebak, rute sebelumnya ini adalah rute yang sama yang digunakan McAra. *Dasar. Kalau mengikuti rasa penasaran memang susah. Apalagi kemarin diberitahu fakta yang cukup mencurigakan dari lelaki tua dekat pantai. Tambah penasaran jadinya.*
Rute ini membawa "aku" di Boston, di rumah terpencil yang tersembunyi oleh pohon-pohon dan hutan. Dari surat-surat yang ada di kotak surat, "aku" tahu bahwa pemilik rumah ini adalah keluarga Emmet. Ketika "aku" berhasil bertemu dengan Emmet, ternyata Emmet ada di foto bersama Lang juga. Tambah penasaran, apa hubungannya Emmet dengan Lang. Dan, pasti ada sesuatu yang besar sehingga McAra rela menempuh jalur panjang seperti ini, McAra yang benci dengan pedesaan mau datang di rumah Emmet yang berada di daerah yang lebih pedesaan.
Selesai dari rumah Emmet, "aku" googling, cari tahu siapa Emmet sebenarnya. Setelah pencarian lama di google, ada satu artikel yang menyatakan bahwa Emmet adalah bagian dari CIA. Entah artikel itu benar atau tidak. Mengetahui bahwa Emmet anggota CIA, "aku" tidak tahan untuk tidak menghubungi Rycart kembali. Jadi dihubungilah Rycart. *Gila. Ini orang nggak punya rasa takut sama sekali ya. Mendatangi musuh klien! Nggak nyadar apa kalau apa yang dilakukannya itu sudah merupakan pelanggaran perjanjian kerahasiaan. *
Menghubungi Rycart saja sudah bisa dikatakan berkhianat. Apalagi bertemu langsung dengannya? "Aku" akhirnya bertemu dengan Rycart di Washington. Dalam pertemuan ini, mereka berdiskusi tentang arsip penemuan McAra, hubungan Lang dengan Emmet, jika benar bahwa Emmet adalah anggota CIA, maka mudah saja bagi Lang untuk mencapai puncak kekuasaan. Tentang bagaimana Rycart bisa mendapatkan memorandum yang asli, dan bahwa Lang telah bersalah.
Dan pada saat "aku" bertemu musuh Lang, Lang menelpon. *Jiahh,sepertinya Lang tahu kalau hantu-nya sedang bertemu dengan musuhnya!* “Aku” berbohong, mengatakan kalau dia berada di Washington untuk menemui Maddox dari pihak penerbit dengan dalih bahwa situasinya sudah banyak berubah sekarang. Lang mengajak “aku” untuk pulang di rumah Rhinehart, Marthi’s Vineyard. Di dalam pesawat, terjadi percakapan menarik antara Lang dan “aku”. Dan di dalam pesawat inilah, Lang tahu bahwa “aku” sudah mengetahui lebih jauh tentang Lang, bahwa “aku” telah menemui Emmet, dan yang membuat Lang terdiam adalah mengetahui kenyataan bahwa baru saja “aku” mengatakan semua yang diketahui “aku” kepada musuh bebuyutannya sendiri! Sepertinya baru kali ini lang merasa terusik, tidak tahu harus berbicara apa.
Bagaimana akhirnya? Apa yang akan dilakukan Lang untuk menyelamatkan dirinya sendiri, sedangkan musuhnya, Richard Rycard punya bukti asli memorandum dan bahkan sekarang mengetahui cukup banyak petunjuk setelah bertemu dengan “aku”?
"Aku" mengikuti kemana takdir membawanya. Tanpa menghindar sekalipun_dengan berbohong misalnya. Jadi kalau saat dia bertemu dengan pihak Lang, dia akan bercerita tentang apa yang dia tahu, dan kalau penelusuran arsip membawanya kepada pihak musuh Lang, "aku" pun akan menceritakan yang sebenarnya. Dan bertemu dengan orang tua asing di perumahan dekat pantai pun, dia berbicara yang sejujurnya. Bukankah itu sama saja dengan mengingkari kesepakatan kerahasiaan alias bunuh diri?
Tapi memang "aku" tidak punya pilihan lain. Dia mengikuti kemana petunjuk membawanya.
Akhirnya... Akhirnya… Ah gak asik kalau gak baca sendiri bukunya, ;)
===
Dan ternyata, dalam draft memoar Lang yang ditulis oleh McAra, meskipun membosankan dan tanpa jiwa, mengandung sebuah petunjuk disetiap awalnya.
Well, buku ini Recommended.
Saya terinspirasi untuk mengenakan jilbab salah satunya karena membaca cerpen ini.
Cerpen ini berkisah tentang perubahan seorang Mas Gagah dari yang kurang mendalami ilmu agama islam, menjadi seseorang yang senang mempelajari islam serta mengamalkan setiap ilmu yang diperolehnya.
Perubahan ini membuat Gita, sang adik, terkejut. Bagaimana bisa sang kakak yang dulu periang, humoris, senang jalan, suka nongkrong, dan suka nonton ke bioskop, sekarang menjadi lebih pendiam, dan jadi males pergi kemana-mana. Gak ada yang bisa diajak jalan lagi. Gita gak pernah diajak pergi-pergi lagi. Gita sebeeeel. Mas gagah memang lebih alim, tapi gita tidak merasakan kedekatan dengan kakak semata wayangnya seperti dulu. Gita merasa kehilangan. Penampilan Mas Gagah juga berubah, tidak semodis dulu.
Bagaimana Gita menghadapi hal ini? Apakah Gita menjadi bemusuhan dengan Mas Gagah?
Hhmm.. Temukan sendiri jawabannya dalam cerpen ini.
Cara penyampaian bunda Helvy dalam buku ini, mengalir. Tidak membuat kening berkerut-kerut, dan baik tata bahasanya. Membaca cerpen ini, pembaca seakan-akan bisa masuk dalam kehidupan Mas Gagah dan Gita.
Judul: Bidadari-Bidadari Surga
Penulis: Tere Liye
Bidadari-Bidadari Surga. Bercerita tentang sebuah keluarga
kecil, bahagia. Sebuah keluarga yang terdiri dari Mamak, Laisa, Dalimunte,
Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Keluarga yang mempunyai semangat berkorban,
kerja keras, harapan terhadap janji kehidupan yang lebih baik, serta keikhlasan
dan penerimaan atas takdir. Semua itu mungkin terdengar klise, biasa saja, dan
tidak ada yang istimewa, karena toh, ada banyak buku yang juga berbicara
mengenai hal-hal tersebut.
Namun membaca novel ini, benar-benar memberi sensasi yang
berbeda, setidaknya menurut saya. Penyampaian pesan tentang pengorbanan, tidak
hanya diucapkan di permukaan saja, yang sekedar mengucapkan “pengorbanan” tanpa
kedalaman makna. Akan tetapi pengorbanan digambarkan dengan begitu dalam, melalui
penggambaran yang seolah nyata, sehingga pembaca terlibat untuk benar-benar
merasakan seperti apa pengorbanan itu. Melalui karakter seorang Laisa yang menepati
janji akan selalu menjaga adik-adiknya,tidak
akan terlambat untuk adik-adiknya, sehingga ia rela mengorbankan sebagian
hidupnya untuk kebahagiaan, kesempatan yang lebih baik di luar sana bagi Dalimunte,
Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta.
Bahwa hidup ini harus diisi dengan Kerja Keras, Kerja Keras,
dan Kerja Keras. Sepintas tidak ada
efeknya ketika berbicara mengenai kerja keras. Ya, karena semua orang juga tahu
bahwa seseorang harus kerja keras untuk berhasil. Tapi melalui dialog antara Laisa
kepada Wibisana dan Ikanuri, pembaca bisa tertulari semangat untuk kerja keras.
Bahwa seseorang harus berusaha sendiri untuk mengubah takdir. Dengan sekolah,
dengan belajar sungguh-sungguh, bekerja keras, demi janji kehidupan yang lebih
baik.
Dan pembaca bisa memperoleh pandangan lain mengenai
kehidupan ini. Untuk bahagia ternyata tidak harus yang mewah, akan tetapi
seseorangpun bisa bahagia dalam kesederhanaan. Dalam penerimaan yang indah.
Cukuplah semua yang diberikan Allah. Laisa sudah sangat bahagia dengan
adik-adik yang membanggakan, materi yang cukup melimpah, serta bisa melakukan
banyak hal untuk kampung di lembah. Ya, semua itu sudah sangat membahagiakan.
Tidaklah perlu kebahagiaan ini dirusak oleh kenyataan lain yang belum sesuai
keinginan.
Pengorbanan, keikhlasan, tidak pernah mengeluh, penerimaan
terhadap takdir, dan tidak pernah menyalahkan siapapun serta apapun. Dan segala perilaku baik lain, sepertinya
bisa menjadikan Laisa sebagai salah satu dari Bidadari-Bidadari Surga.
Juga tentang masa kanak-kanak yang indah. Tentang cara
mendidik oleh Mamak, yang meskipun tidak memakai teori pendidikan anak yang
canggih, namun Mamak mampu menjadikan anak-anaknya orang hebat. Lantas apa yang
dipakai Mamak untuk membuat anak-anaknya berhasil? Bercerita, mendongeng
tentang keteladanan. Karena masa kecil adalah masa meniru. Kalau yang ditiru
tidak baik, akan berdampak pada perilaku anak yang kurang baik. Dan sebaliknya.
Mamak selalu menyempatkan diri untuk mendongeng selepas solat subuh berjamaah
dan mengaji, disela-sela setumpuk pekerjaannya. Menceritakan kisah Nabi, serta
kisah penuh keteladanan lain.
Hmm, disini pembaca juga diingatkan untuk tetap sholat
apapun kondisinya. Saluut.
Ah, baca sendiri novelnya, agar kalian bisa merasakan
sensasi bercampur aduknya emosi. Agar kalian mengikuti prosesnya sendiri,
langsung, dalam mendapatkan pemaknaan pesan-pesan dalam novel. Beda, mengetahui
pesannya saja dibandingkan dengan membaca novelnya sendiri.
Alurnya tidak membosankan, dengan alur maju mundur. Antara
berjalannya kehidupan masa kini, diselingi flashback ke masa kecil tokoh-tokohnya.
Sebenarnya novel ini menceritakan kehidupan selama beberapa hari saja, namun
flashback dari tokoh-tokohnya menjadikan novel ini kaya cerita, sarat makna.
Membaca buku ini, hatiku seperti diobok-obok. Bagaikan air yang diobok-obok sehingga terkoyak dari diamnya, hatiku juga menjadi berkecamuk dari ketenangannya..
Berkecamuk berbagai macam rasa.. Dan ini adalah rasa yang baru bagi saya. Karena tidak biasa. Kita tahu ada perasaan senang, cinta, rindu, benci, sedih, kecewa, terluka, kesel, suka, tidak suka, terharu, cemas, takut. Nah, perasaan apa namanya, jika cinta, benci, takut kehilangan, percaya, berharap, dan menunggu jadi satu?
Itulah kemungkinan perasaan Sekar. Duh, mulianya hati sekar, setelah merasakan itu semua, dia masih bisa untuk mengikhlaskan. Saluuuuuttt.
Kenapa disini saya lebih membahas sekar? Kan judulnya Senja Bersama Rosie? Bukannya disini perasaan Rosie tidak penting, tapi Rosie sudah punya kehidupan yang sempurna. Berkeluarga dengan Nathan dan dikaruniai empat anak putri yang menakjubkan.
Kalau memang Rosie dulu pernah mencintai Tegar, cinta yang tidak tersampaikan, lantas karena itukah seakan-akan dengan mudahnya ia melupakan kebersamaan dengan Nathan selama tiga belas tahun? Sejak kejadian bom yang meluluhlantakkan Jimbaran dan yang merenggut nyawa Nathan, Rosie memang sangat merasa kehilangan. Namun ketika perlahan kondisinya membaik, Nathan seolah terlupakan, perasaan cinta itu, mungkin tumbuh kembali untuk Tegar, teman masa kecilnya.
Rosie sendiri baru menyadari jika mencintai Tegar ketika oma menceritakan bahwa Tegar sangat mencintai Rosie. Rosie baru ngeh kalau ternyata perasaan ia selama ini terhadap Tegar adalah perasaan cinta. Pasti tidak mudah ditinggalkan seseorang yang sangat dicintai dan akhirnya malah dia sendiri memutuskan untuk menikah dengan orang lain. Hhm.. Berat juga perasaan yang ditanggung Rosie.
Lantas bagaimana dengan perasaan Tegar sendiri? Dia sudah memendam perasaan cinta terhadap Rosie selama dua puluh tahun, sejak pertemanan kanak-kanaknya. Namun sayang, karena ketidakberaniannya mengatakan perasaannya sejak dulu, dia kehilangan kesempatan. Lantas dia mencoba untuk melupakan, namun semakin ingin dia melupakan, bayangan Rosie justru semakin membayanginya. Dia patah hati. Dia terluka. Perempuan yang sudah dicintainya selama dua puluh tahun justru memilih orang lain yang baru dikenalnya selama dua bulan. Dunia Tegar seakan runtuh. Tegar memilih untuk menghilang, berharap bisa melupakan semua lukanya, patah hatinya. Huufft, patah hati memang menyakitkan.
Seiring berjalannya waktu, Tegar bisa berdamai, tidak melupakan. Tegar menjalani hidup dengan baik, bersahabat dengan keluarga Nathan dan Rosie, dan bersiap melangkah ke jenjang pernikahan bersama Sekar. Besok rencana pertunangannya dengan Sekar. Namun bom yang meledak di Jimbaran yang keluarga Nathan menjadi korbannya, merubah segala rencana. Kenapa kau harus membiarkan Sekar untuk menunggu terlalu lama Tegar....
Novel ini selain menggambarkan banyak perasaan tidak mengenakkan orang dewasa, juga menggambarkan keriangan anak-anak. Kehidupan kanak-kanak diceritakan begitu hidup melalui karakter keempat putri Rosie dan Nathan.
Dan pelajaran yang bisa saya ambil dari novel ini adalah: Berdamailah, bukan melupakan. Ya, ternyata setelah berdamai, mengikhlaskan, ataupun merelakan sesuatu, kita bisa menjadi lebih tenang, daripada ingin selalu melupakan yang ujung-ujungnya malah ingat sendiri. Dan lagi, untuk apa melupakan? Biarkan hal itu tetap ada untuk melengkapi episode kehidupan, sebagai kenangan, dan sebagai pelajaran.
Tapi saya tidak begitu suka endingnya. Atau mungkinkah memang begitu akhir dari kisah dua orang yang saling mencintai? Hah, entahlah. Yang pasti, apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, selalu ada campur tangan Tuhan disana.
*11Januari2012
Kesan pertama terhadap buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim. A Fillah, "Ah, palingan buku ini biasa saja. Apa istimewanya membahas ukhuwah. Bukankah tidak banyak yang bisa dibahas tentang tema ini? Yah, palingan gak jauh-jauh dari hak-hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Atau himbauan agar sesama umat muslim bersatu, menjaga ukhuwah."
Tapi tetap saja aku membelinya ketika ada pameran buku kemarin. Penasaran. Seperti apa isi buku yang dibilang banyak orang bagus itu.
Baru screening bukunya, kesan pertama ku itu, terhapus perlahan. Aku awali dengan membaca tulisan pembuka bab. Baguuuuussss. Kata-katanya bagus, daleeemmm, mengandung hikmah, motivasi, dan inspirasi. Dan setelah membaca bab demi bab, kesan pertamaku itu benar-benar sudah lenyap. Hiks, jadi tau kalau diri ini masih suka suudhon, dangkal ilmu juga, sedih.
Ternyata banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari buku ini. Baik ilmu yang bisa dibilang berat, seperti yang menyangkut asal usul diturunkan ayat, sampai yang ringan_seperti dongeng atau cerita yang membuat tersenyum. Jadi tambah nyadar kalau pengetahuanku itu masih miniiiiiiiimmm sekali. Sepanjang membaca buku ini, aku sering bergumam, "Oh, ternyata seperti ini, Oh ternyata begitu!
Semua itu disajikan dalam bahasa yang mengalir, tidak rumit. Penulis cerdas mengolah kata sehingga bisa menyusun kalimat sedemikian rupa sehingga pengetahuan yang bisa jadi berat, rumit, terasa mudah dicerna dan dipahami.
Bisa dibilang, buku ini banyak mengutip Al-Qur'an, Hadist, dan Kitab-Kitab para ulama besar. Namun semua itu tidak membuat kening berkerut-kerut, dan yang penting, tidak membosankan.
Isi bukunya sendiri, tentang ukhuwah, membuka hatiku, bahwa ukhuwah itu indah. Terlepas dari berbagai konflik di dalamnya. Selama ini aku merasa, bahwa bersaudara itu memang sangat dianjurkan. Tapi aku belum bisa menangkap hikmah dari anjuran tersebut. Sekedar tahu, biar umat islam kuat. Itu saja. Tanpa bisa menangkap keindahannya. Setelah membaca buku ini, ternyata ukhuwah itu indah kawan.... Bersaudara karena Allah berlandaskan keimanan. Aku yang dulu masih belum bisa memahami seperti apa itu cinta karena Allah,, setelah membaca buku ini, sedikit "nangkep" maksud "cinta karena Allah". Cinta karena Allah,,, ya yang jelas bukan cinta karena selain-Nya. Bukan karena ingin mendapat imbalan tertentu, bukan karena harta, ataupun kepentingan pribadi saja.
Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.
Baca bukunya, dan kalian akan mengerti maksud dari pernyataan diatas.
Judul Novel: Bidadari-Bidadari Surga
Penulis: Tere Liye
Bidadari-Bidadari Surga. Bercerita tentang sebuah keluarga
kecil, bahagia. Sebuah keluarga yang terdiri dari Mamak, Laisa, Dalimunte,
Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Keluarga yang mempunyai semangat berkorban,
kerja keras, harapan terhadap janji kehidupan yang lebih baik, serta keikhlasan
dan penerimaan atas takdir. Semua itu mungkin terdengar klise, biasa saja, dan
tidak ada yang istimewa, karena toh, ada banyak buku yang juga berbicara
mengenai hal-hal tersebut.
Namun membaca novel ini, benar-benar memberi sensasi yang
berbeda, setidaknya menurut saya. Penyampaian pesan tentang pengorbanan, tidak
hanya diucapkan di permukaan saja, yang sekedar mengucapkan “pengorbanan” tanpa
kedalaman makna. Akan tetapi pengorbanan digambarkan dengan begitu dalam, melalui
penggambaran yang seolah nyata, sehingga pembaca bisa terlibat untuk
benar-benar merasakan seperti apa pengorbanan itu. Melalui karakter seorang Laisa
yang menepati janji akan selalu menjaga adik-adiknya,tidak akan terlambat untuk
adik-adiknya, sehingga ia rela mengorbankan sebagian hidupnya untuk
kebahagiaan, kesempatan yang lebih baik di luar sana bagi adik-adiknya: Dalimunte,
Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta.
Bahwa hidup ini harus diisi dengan Kerja Keras, Kerja Keras,
dan Kerja Keras. Sepintas tidak ada
efeknya ketika berbicara mengenai kerja keras. Ya, karena semua orang juga tahu
bahwa seseorang harus kerja keras untuk berhasil. Tapi melalui dialog antara Laisa
kepada Wibisana dan Ikanuri, pembaca bisa tertulari semangat untuk kerja keras.
Bahwa seseorang harus berusaha sendiri untuk mengubah takdir. Dengan sekolah,
dengan belajar sungguh-sungguh, bekerja keras, demi janji kehidupan yang lebih
baik.
Dan pembaca bisa memperoleh pandangan lain mengenai
kehidupan ini. Untuk bahagia ternyata tidak harus yang mewah, akan tetapi seseorangpun
bisa bahagia dalam kesederhanaan. Dalam penerimaan yang indah. Cukuplah semua
yang diberikan Allah. Laisa sudah sangat bahagia dengan adik-adik yang
membanggakan, materi yang cukup melimpah, serta bisa melakukan banyak hal untuk
kampung di lembah Lahambay. Ya, semua itu sudah sangat membahagiakan. Tidaklah
perlu kebahagiaan ini dirusak oleh kenyataan lain yang belum sesuai keinginan.
Pengorbanan, keikhlasan, tidak pernah mengeluh, penerimaan
terhadap takdir, dan tidak pernah menyalahkan siapapun, apapun. Dan segala perilaku baik lain, sepertinya
bisa menjadikan Laisa sebagai salah satu dari Bidadari-Bidadari Surga.
Novel ini juga bercerita tentang masa kanak-kanak yang indah. Tentang cara
mendidik Mamak, yang meskipun tidak memakai teori pendidikan anak yang
canggih, namun Mamak mampu menjadikan anak-anaknya orang hebat. Lantas apa yang
dipakai Mamak untuk membuat anak-anaknya berhasil? Bercerita, mendongeng
tentang keteladanan. Karena masa kecil adalah masa meniru. Kalau yang ditiru
tidak baik, akan berdampak pada perilaku anak yang kurang baik. Dan sebaliknya.
Mamak selalu menyempatkan diri untuk mendongeng selepas solat subuh berjamaah
dan mengaji, disela-sela setumpuk pekerjaannya. Menceritakan kisah Nabi, serta
kisah penuh keteladanan lain.
Hmm, disini pembaca juga diingatkan untuk tetap salat apapun
kondisinya. Saluut.
Ah, baca sendiri novelnya, agar kalian bisa merasakan
sensasi bercampur aduknya emosi. Agar kalian mengikuti prosesnya sendiri,
langsung, dalam mendapatkan pemaknaan pesan-pesan dalam novel. Beda, mengetahui
pesannya secara to the point dibandingkan dengan membaca novelnya sendiri.
Alurnya tidak membosankan, dengan alur maju mundur. Antara
berjalannya kehidupan masa kini, diselingi flashback ke masa kecil
tokoh-tokohnya. Sebenarnya novel ini menceritakan kehidupan selama tiga hari
saja, namun flashback dari tokoh-tokohnya menjadikan novel ini kaya cerita,
sarat makna.
Penulis: Dewi Lestari
Keyakinan kugy dan keenan dalam mempertahankan apa yang mereka mau, atau impiannya, membuat saya terinspirasi. Bahwa jika kalian menginginkan suatu hal, pertahankanlah dan berjuanglah sekuat-kuatnya. Cerita ini membuat saya membayangkan, bagaimana jika seseorang merubah impiannya sejenak setelah kesulitan menghampiri? Apakah beralih impian menjadi solusi? Sepertinya tidak..
Kugy. Bercita-cita menjadi penulis dongeng. Meskipun sulit, karena hari gini,,, nulis dongeng, gitu kan.. Tapi dia tetap dengan keinginannya, dengan idealismenya, ditengah ketidakmungkinan. Keinginan Kugy diperjuangkan, bukan hanya diangankan. Dan kugy menyadari, bahwa mungkin dia harus berputar arah dulu dalam mencapai tujuan.
Keenan. Idealismenya tidak sesuai dengan kenyataan. Harapannya untuk menjadi seorang pelukis professional bertentangan dengan keinginan ayahnya. Namun keenan tetap dengan pendirian, ditengah ketidakmungkinan. Sangat sulit dalam menggapai mimpi, tapi keenan terus maju, terus berupaya.
Dan pada akhirnya, mimpi-mimpi mereka terwujud. Jika mereka menyerah sejak awal, apa jadinya..
Membuat saya tersadar, bahwa memang tidak ada yang mudah di dunia ini. Semua membutuhkan perjuangan. Apalagi dalam merealisasikan harapan. Tidak ada yang tidak mungkin, jika ada kemauan, pasti ada jalan.
Perahu Kertas merupakan karya Dewi Lestari yang sedikit berbeda dengan karyanya yang lain. Jika biasanya Dee menggunakan bahasa yang cukup membuat orang mikir, pada novel ini bahasanya mudah dipahami. Dibingkai dalam bahasa yang mengalir, karakter kuat tiap tokoh, serta jalinan cerita yang tidak membosankan, menjadikan Perahu Kertas sebagai novel ringan berbobot.