Kali ini cerita tentang seorang pria. Panggil saja ia Hasan. Sudah tiga hari perut hasan tidak diisi makanan. Perutnya melilit. Sakit. Tidak tahan dengan kelaparan yang melandanya, ia berfikir nekat. Hasan pergi ke dapur sebuah rumah, ia melihat ada terong diwajan. Buru-buru hasan mengambilnya. Namun sebelum memakan terong tersebut, Hasan ingat Allah. Ia tidak berani melanggar perintah Allah. Ia taruh terong ditempatnya semula, lantas meninggalkan dapur.

Ketika berada di majelis ilmu yang dipimpin oleh seorang syekh, Hasan ditanya oleh syekh apakah dia sudah menikah. Hasan menjawab belum dan berkata bagaimana ia menikah jika hidupnya seperti ini. Kemudian syekh menawari Hasan menikah dengan seorang perempuan yang suaminya sudah meninggal, dan sekarang perempuan ini tinggal bersama ayahnya.

Hasan pun meneriwa tawaran itu. Dengan mas kawin berupa hafalan surat dalam Al-Qur'an, Hasan resmi menikah dengan perempuan tersebut. Setelah akad nikah, Hasan diajak ke rumah istrinya. Ketika menyiapkan makan untuk Hasan, istrinya heran kenapa terong yang diwajan seperti ada bekas gigitan.

Hasan mengakui perbuatan yang dilakukan sebelumnya seraya meminta maaf pada istrinya. Selain memaafkan Hasan, istrinya juga mengatakan bahwa inilah buah dari takut kepada Allah. Hasan tidak hanya memperoleh terong, akan tetapi rumah beserta penghuninya juga.

Subhanallah walhamdulillah.

(Dari majalah Suara Hidayatullah, dengan redaksi berbeda)

Ada cerita. Tentang seorang perempuan muslim di Amerika. Sebut saja Aminah.

Ketika pulang kerja pada malam yang belum larut, ia berjalan disebuah gang sepi. Saat sudah berjalan sampai tengah gang, ia melihat ada seorang laki-laki duduk di pinggir jalan, mabuk. Seketika ada perasaan takut menelusup hati Aminah. Namun jika berbalik arah, ia sudah cukup banyak melangkah. Ia memutuskan untuk terus berjalan. Ia berdoa pada Allah dan membaca ayat kursi berkali-berkali.

Alhamdulillah, ketika melewati laki-laki yang sedang mabuk itu, ia tidak diganggu sama sekali. Perjalanan di gang sepi dilaluinya dengan aman.

Keesokan paginya, Aminah terkejut membaca surat kabar yang menginformasikan ada kasus pemerkosaan di gang yang ia lalui semalam. Peristiwa itu terjadi sesaat setelah dia melewati gang tersebut. Korban tidak mengenali wajah pelaku. Tergerak untuk menolong korban, Aminah pergi ke kantor polisi. Ia menduga pelakunya adalah pria yang sama yang dilihatnya tadi malam, dan ia masih ingat wajah pria itu.

Sampai di kantor polisi, ada beberapa foto yang diperlihatkan polisi pada Aminah. Dia langsung menunjuk satu foto yang dilihatnya semalam. Setelah dicari dan ditanyai, akhirnya pria itu mengaku bahwa memang dialah pelakunya.

Jantung Aminah berderap. Seraya bersyukur kepada Allah tadi malam ia selamat. Penasaran, Aminah menemui pelaku. Dengan diantar polisi, Aminah bertanya pada pelaku apakah ia melihatnya tadi malam, dan kenapa ia tidak mengganggunya.

Pria itu menjawab. "Ya, aku memang melihatmu tadi malam. Wanita ini (korban) berjalan sendiri sehingga aku berani mengganggunya. Sedangkan aku tidak berani mengganggumu karena kamu dikawal pria bertubuh sangat besar yang berjalan bersamamu."

Aminah menangis. Betapa Allah Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Allah telah menjaganya dari marabahaya.

(Dari majalah Ar-Risalah, dengan redaksi berbeda)