Pertanyaan yang lebih tepat adalah, kenapa akhirnya Pak Fajar
kuliah di Asia University Taiwan? Seperti dalam tulisan sebelumnya, menurut
kami S3 itu memerlukan sinkronisasi antara beberapa hal dalam satu waktu. Alhamdulillah,
di AU, sinkronisasi tsb terjadi. Pak Fajar tidak hanya mendapatkan supervisor
yang cocok, LoA dari kampus, tapi juga sekaligus beasiswa penuh yaitu biaya
untuk tuition fee dan biaya hidup.
Kalau misalnya mencari kampus lain lagi, belum tentu sekaligus dapat
beasiswa. Kalau mencari beasiswa lain, berangkatnya belum bisa tahun itu juga,
karena pendaftaran beasiswa prosesnya cukup lama. Belum lagi harus tes IELTS
lagi, beberapa beasiswa menaikkan skor IELTS untuk persyaratannya. Bisa
tertunda lagi kuliahnya.
Awalnya memang Pak Fajar juga mendaftar beasiswa pemerintah
Taiwan yang nilai beasiswanya lebih besar, karena rencananya saya ikut Pak
Fajar ke Taiwan. Namun sayang, belum rejeki, Pak Fajar berada di penerima cadangan.
Akhirnya beliau tetap mengambil beasiswa dari kampus AU. Meskipun tidak sebesar
beasiswa pemerintah taiwan, tapi mendingan sekali dapat beasiswa. Biaya
kuliahnya sendiri saja sudah mahal. Daripada tidak dapat beasiswa sama sekali. Jarang-jarang
juga kampus tujuan memberikan beasiswa. Rasanya di Indonesia juga tidak ada beasiswa
dari kampus tujuan untuk program S3. Biasanya adanya beasiswa program diploma
atau sarjana. Selain itu beasiswa kampus AU juga memberikan biaya hidup tiap
bulan. Kan lumayan, lagi-lagi kalau dibandingkan dengan tidak dapat beasiswa.
(Baca juga: Emang beasiswanya cukup? untuk mengetahui bagaimana kami menyiasati keterbatasan beasiswa).
Selain pertimbangan tsb, ada beberapa pertimbangan lain yang
lebih bersifat non-akademis.
Suasana kampus dan kota. Waktu Bridging Programme, Pak Fajar
merasa cocok dan nyaman dengan suasana kampus dan Kota. Suasana akademik kampusnya
bagus, dan kotanya teratur, tidak crowded.
Di Taiwan kualitas pendidikannya bagus dengan biaya yang masih
relatif terjangkau. Syarat buat visa-nya pun cukup mudah dan cepat selama semua
persyaratan lengkap dan benar. Jaminan dana selama tinggal di Taiwan bisa
menggunakan bukti penerimaan beasiswa saja bagi student. Bagi non-student,
jaminan dananya bisa menggunakan salinan buku rekening, dengan saldo rekening
minimal beberapa puluh juta saja, tidak sampai ratusan juta. Terkait biaya
hidup, memang lebih mahal dibandingkan di Indonesia, tapi masih relatif cukup
terjangkau.
Pertimbangan lain adalah, kalau ini subjektifitas
kami saja, harga tiket pesawat ekonomi ke Taiwan masih terjangkau. Kadang malah
lebih murah dari tiket domestik ke luar jawa. Jadi, kalau pengen pulang, pas
ada waktu, bisa lebih mudah. Begitulah, sampai akhirnya kami ke Taiwan, 😊.
0 komentar