Menjawab pertanyaan diatas, jawabannya bisa mudah bisa juga tidak. Bergantung kasus setiap individu. Tapi yang pasti, untuk masuk program
S3 diperlukan persiapan yang baik, kesabaran, dan perjuangan. Disini saya akan sedikit bercerita bagaimana
proses pendaftaran S3. Bukan, bukan saya yang masuk program S3, tapi suami
saya, Pak Fajar.
Pak Fajar mantap untuk melanjutkan studi S3 di The Department
of Computer Science and Informastion Engineering, Asia University, setelah
mengikuti Bridging Programme yang diadakan oleh DIKTI. Bagaimana perjalanan Pak
Fajar mencari kampus untuk S3 sampai akhirnya kuliah di AU? Berapa kali Pak
Fajar apply ke kampus sebelum akhirnya kuliah?
Pak Fajar mulai menyiapkan diri untuk S3 sekitar tahun 2016.
Apa saja yang perlu dipersiapkan? Diawali dengan mencari informasi mengenai kampus-kampus
yang kemungkinan sesuai, baik dari segi bidang studi, riset, maupun calon
promotor; Membuat studi plan, recana riset pada saat S3; Menghubungi calon
promotor; Persiapan sertifikat Bahasa Inggris baik TOEFL/IELTS dengan mengikuti
Program Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris (PKBI); dan mencari informasi beasiswa.
Beberapa calon promotor dihubungi via email. Sayangnya, tidak
semua dari mereka merespon. Ada profesor yang merespon dan memberikan respon
positif, namun lagi-lagi sayang, Pak Fajar belum memenuhi persyaratan dari
pihak kampus terkait skor IELTS. Selain mendaftar kampus, Pak Fajar mendaftar
beasiswa juga, namun belum rejeki.
Di akhir tahun 2017, alhamdulillah Pak Fajar berkesempatan
mengikuti Bridging Programme di Asia University Taiwan yang diadakan oleh
DIKTI. Peserta Bridging Programme biasanya merupakan peserta Program
Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris (PKBI) di tahun sebelumnya. Dalam program
ini, banyak seminar/workshop yang berkaitan dengan bidang ilmu komputer dan
teknologi informasi. Hal ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk lebih
mengenal bidang ilmu tersebut, memperbarui wawasan terkini, yang dapat
menstimulasi peserta menentukan bidang ilmu yang akan ditekuni pada saat
menjalani program S3. Tidak hanya seminar, peserta Bridging Programme juga
mendapat kesempatan untuk memilih calon supervisor, dan dalam akhir program,
peserta mendapatkan LoA dan beasiswa program S3. Alhamdulillah.
Ada peserta yang mengambil LoA dan beasiswa tsb, dan ada yang
tidak. Bagi yang tidak mengambil LoA dan beasiswa, beberapa pertimbangannya
adalah bidang ilmu yang tidak sesuai, tidak ada calon promotor yang cocok, dan
ingin mencari beasiswa lain yang lebih besar. Lantas apa pertimbangan Pak Fajar
mengambil kesempatan LoA dan beasiswa dari AU?
Untuk bisa masuk program S3, menurut kami diperlukan sinkroninasi
antara beberapa hal dalam satu waktu. Diantaranya yaitu, sertifikat TOEFL/IELTS yang
masih berlaku dengan skor cukup, penerimaan dari calon promotor yang sesuai
bidang ilmu, penerimaan dari kampus tujuan, dan beasiswa.
Sudah ikut tes TOEFL/IELTS, tapi skornya belum memenuhi, ya
harus ikut tes lagi, dimana tes ini cukup menguras kantong, 😁. Sudah diterima calon promotor, tapi
tidak memenuhi persyaratan kampus, ya masih harus usaha lagi. Sudah dapat LoA
dari kampus, masih harus mengejar beasiswa. Daftar beasiswa satu kali, belum
tentu langsung diterima. Mau daftar beasiswa lagi, kalau sertifikat bahasanya
sudah kadaluwarsa, ya harus tes bahasa lagi. Mau daftar beasiswa lagi di tahun
selanjutnya sambil menunggu sertifikat Bahasa terbaru, belum tentu masa berlaku LoA
masih ada.
Nah, kembali ke pertanyaan sebelumnya, apa pertimbangan Pak Fajar mengambil kesempatan LoA dan beasiswa dari AU? Karena di Asia University, sinkronisasi tersebut terjadi. Pada September 2018, Pak Fajar resmi menjadi mahasiswa PhD di The Department of Computer Science and Informastion Engineering, Asia University.
Begitulah perjalanan Pak Fajar sampai akhirnya kuliah S3. Setiap mahasiswa S3 dan yang sudah lulus S3 pasti punya pengalaman yang berbeda-beda sampai akhirnya bisa masuk program S3. Ada yang tahun tsb mendaftar, diterima, dan langsung jadi mahasiswa S3. Ada yang daftar di tahun ini, diterima, dan menjadi mahasiswa S3 di tahun depannya. Apapun itu, satu yang pasti, bahwa semuanya memerlukan persiapan yang baik, kesabaran, dan perjuangan. Bagi yang tahun ini merencanakan apply program S3, semangat ya, semoga berhasil, 😊.
Begitulah perjalanan Pak Fajar sampai akhirnya kuliah S3. Setiap mahasiswa S3 dan yang sudah lulus S3 pasti punya pengalaman yang berbeda-beda sampai akhirnya bisa masuk program S3. Ada yang tahun tsb mendaftar, diterima, dan langsung jadi mahasiswa S3. Ada yang daftar di tahun ini, diterima, dan menjadi mahasiswa S3 di tahun depannya. Apapun itu, satu yang pasti, bahwa semuanya memerlukan persiapan yang baik, kesabaran, dan perjuangan. Bagi yang tahun ini merencanakan apply program S3, semangat ya, semoga berhasil, 😊.
0 komentar