Pertanyaan itu tidak ditanyakan
oleh satu dua orang saja saat saya akan ikut suami yang kuliah di Taiwan. Suami
saya saja yang kuliah, saya tidak (atau belum? 😄). Jawaban saya, kalau saya ikut, tentu saja beasiswanya tidak cukup, karena beasiswanya untuk satu orang saja. Ada juga yang bertanya, beasiswanya mencakup biaya keluarga tidak? Tidak. Kemudian, pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, terus bagaimana disananya?
Sebenarnya, waktu itu, saya malas
sekali menjawab pertanyaan ini. Karena yang bertanya tidak hanya satu dua orang, 😁. Sekarang saya terfikir kembali, kenapa dulu saya menjawabnya seadanya saja ya.
Bisa jadi orang bertanya begitu karena memang ingin tahu bagaimana caranya bisa
bertahan kuliah dengan beasiswa yang seadanya, barangkali bisa menjadi
pembelajaran bagi orang lain yang juga berencana melanjutkan studi.
Disini saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman kami dalam menyiasati keterbatasan beasiswa. Semoga ada manfaatnya.
Pak Fajar mendapatkan beasiswa
penuh dari kampus tempatnya kuliah. Maksud dari beasiswa penuh adalah: beasiswa
uang kuliah, potongan biaya dormitori, dan biaya hidup per bulan. Sebenarnya
kalau untuk satu orang, beasiswa tsb cukup. Kalau saya ikut, otomatis
pengeluaran bertambah dan kami harus sewa tempat tinggal sendiri (tidak mungkin tinggal di dorm kan, 😅), beasiswanya
jadi tidak cukup. Lantas, bagaimana kami dapat memenuhi kebutuhan hidup?
Sebagai informasi, Pak Fajar melanjutkan
studi berdasarkan Tugas Belajar (TB). Karena sifatnya TB, maka setiap bulan Pak
Fajar masih mendapatkan hak dari kantor (baca: gaji). Selain itu, ada bantuan
dana dari kantor untuk pegawai yang TB. Tidak banyak bantuan dananya, tapi
lumayan buat tambah-tambah, 😁.
Apakah dengan sumber dana dari
kantor ini cukup untuk memenuhi biaya hidup? Yang kami rasakan, cukup untuk
kebutuhan pokok, seperti: makan, tempat tinggal, sandang (asal tidak
sering-sering, 😜), pulsa, internet, dan transportasi. Akan tidak cukup kalau
untuk membeli handphone baru, ganti laptop, ataupun sepeda motor, 😀. Ini untuk
biaya hidup kami berdua saja ya. Kalau ada anak, terutama anak yang sudah
sekolah, akan berbeda lagi perhitungannya.
Dengan itulah kami bertahan hidup
dalam keterbatasan beasiswa. Rumusnya adalah, kalau dana dari satu
sumber tidak mencukupi, berarti perlu tambahan dana dari sumber yang lain.
Kalau dana dari beasiswa tidak cukup, dari kantor juga tidak cukup, berarti
perlu dana dari sumber lain. Dan kami sudah siap-siap untuk itu.
Ada teman Pak Fajar yang hanya
mendapatkan beasiswa uang kuliah, tidak mendapatkan biaya hidup per bulan.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, otomatis dia perlu dana tambahan dari
sumber lain. Cara yang dia jalani adalah dengan bekerja menjadi asisten riset
di sebuah lab dan menjadi staff Departemen. Ada juga yang bekerja di bidang lain.
Menurut kami, untuk kuliah itu, jangan berekspektasi tentang beasiswa yang berlebih. Justru siapkan tabungan untuk berbagai kemungkinan, 😊.
Mendapatkan beasiswa yang
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan lebih, merupakan kondisi ideal
dan dambaan semua orang pejuang studi. Hanya saja, kalau kesempatan ideal itu
belum berpihak pada kita, pilihannya kembali pada kita. Menunda studi, berjuang
lagi sampai mendapatkan kondisi ideal tsb, melanjutkan studi sekarang dengan pendanaan pribadi atau dengan
beberapa usaha tambahan, atau berhenti sama sekali.
0 komentar