Lantas, apa bedanya dengan mereka?

By norma - 1/29/2012 07:52:00 PM

Sore itu, matahari masih menyinari bumi dari barat, bersiap terbenam. Cahaya yang dipancarkannya, khas cahaya senja. Bersemburat emas kekuning-kuningan, menghangatkan hati siapa saja. Dan di sore yang indah inilah, dua orang sahabat bertemu, bercerita tentang kehidupan mereka, berpendapat sesuai dengan pemikirannya, dan saling ledek sedikit mengenai kebiasaan buruk.

Sinta, seorang muslimah, aktifis dengan idealisme penuh, teguh memegang prinsip,  dan dengan tingkat intelektualitasnya yang tinggi, dia sering di daulat untuk menjadi pembicara pada kajian keislaman. Sahabat karibnya itu, Yanti, seorang muslimah, cukup idealis, pegawai yang setiap harinya disibukkan dengan pekerjaan kantor.

Pertemuan kali ini Yanti tidak banyak berbicara. Pekerjaan dia yang hari ini seabrek, sudah menguras energinya. Sebaliknya, Sinta begitu bersemangat menceritakan pengalaman-pengalaman barunya selama sebulan ini. 

“Yanti, akhir-akhir ini aku banyak bertemu dengan orang-orang baru, dengan kelompok baru.” Kata Sinta mengawali ceritanya. 

“Yaa…” Jawab singkat Yanti sekaligus mengindikasikan agar Sinta terus berbicara, Yanti mendengarkan. 

“Tapi aku sedikit gimanaaaaa gitu sama mereka. Penampilan mereka itu lho… Mbok ya yang lebih rapi. Masa’ kemana-mana memakai sarung. Terus, jika mereka diingatkan tentang sesuatu yang menurutku kurang baik, mereka selalu punya dalil sendiri. Dan mereka seperti memilih-milih dalil yang enak-enak saja. Mereka pinter banget Yan, kalau masalah dalil-dalil gitu. Dan lagi, mereka itu… kayak selalu menuruti apa kata tokoh mereka. Padahal manusia bisa salah juga ya Yan. Menuruti apa kata tokoh sih gak masalah, asal tidak menyimpang, Lha ini, yang menyimpang pun di ikuti sama mereka. Dan kalau ada orang yang tidak sama dengan cara mereka, dikatannya dari kelompok lain. Kelompok diluar kelompok mereka sering dibilang begini-begini, begitu-begitu Yan. Mmm.. maaf ya, bukan menjelek-jelekkan mereka semua.. mungkin cuma oknum.. tapi ya gitu… aku heran aja.”

Yanti cuma tersenyum mendengar cerita Sinta, dan mengatakan, “ Sinta, lantas apa bedanya kamu dengan mereka?”

Sinta tampak tidak mengerti perkataan Yanti. 

“Hehehe, Sinta…. Sinta. Kamu juga pakai dalil tersendiri kan, dalam bertindak. Kalau kamu heran, sama. Mereka juga bisa jadi heran dengan kelompokmu. Mengenai penampilan, setiap orang punya pandangan masing-masing. Bagi mereka, penampilanmu bisa jadi justru kurang oke dimata mereka. Baik, kamu bilang ini mungkin oknum, namun tidak semestinya kamu membicarakannya, seperti memandang mereka sebelah mata. Mereka saudara kita, saudara sebangsa, setanah air, dan saudara seiman. Kalau mereka sudah punya dalil tersendiri, ya sudah. Kita tidak bisa memaksakan apa yang kita percayai. Bisa jadi dengan mengatakan hal ini, keheranan kamu, menandakan bahwa kamu dan kelompokmu merasa lebih benar dari mereka. Apakah ada jaminan bahwa kelompokmu lebih benar dan lebih baik dibanding mereka? Di kelompokmu juga ada oknum kan? Semua orang atau golongan bukan malaikat yang tidak punya kesalahan sama sekali. Kamu berdalih sesuai dengan petunjuk. Mereka juga. Alangkah lebih baiknya jika kita saling menghormati dan menghargai. Mungkin mereka suka mengatakan kelompokmu begini-begini, begitu-begitu. Dengan berkata seperti itu, lantas apa bedanya dirimu dengan mereka?”

*Cerita diatas hanya fiktif belaka, sekedar karangan saya saja, Smile

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar