Sepertinya semua orang sudah sepakat, bahwa kejujuran itu adalah sesuatu yang tidak mudah. Wong jujur pada diri sendiri saja susaaaaaahhh.
Kita suka dipuji, meski mungkin pujian itu bohong semata. Kita menyangka diri baik hati, kenyataannya suka memaki. Kita menganggap diri dermawan, padahal paling berat hati memberi. Berpikir bahwa kita sudah beriman, faktanya sering mengeluh terhadap semua ketetapanNya.
Jika ada saudara yang mengingatkan, disangka mendendam. Padahal mungkin memang kita ada salah. Atau mungkin hati kita terlalu legam, sehingga sulit membedakan hal yang haram. Atau memang itu tadi, kita lebih senang membohongi diri sendiri, dengan mengabaikan kata hati, nurani, yang selalu berbica jujur, apa adanya.
Padahal jika kita jujur pada diri sendiri, mengakui kekurangan kita, itu akan menjadi titik awal yang berharga. Kita mengakui, kekurangan kita tidak disiplin misalnya, maka dengan begitu kesadaran untuk merubahnya menjadi disiplin lebih memungkinkan daripada jika kitak tidak menyadari, atau tidak mengakui kalau kita tidak disiplin.
Nah kalau tidak merasa bahwa diri ini tidak disiplin, mana bisa ada niat untuk memperbaikinya?
Jujur pada diri sendiri... apa saja kekurangan yang ada. Lantas bertekad untuk sedikit demi sedikit memperbaikinya. Satu-satu... tapi kontinue.
Yuk mari.. sama-sama berusaha merubah diri ke arah yang lebih baik.
Kita suka dipuji, meski mungkin pujian itu bohong semata. Kita menyangka diri baik hati, kenyataannya suka memaki. Kita menganggap diri dermawan, padahal paling berat hati memberi. Berpikir bahwa kita sudah beriman, faktanya sering mengeluh terhadap semua ketetapanNya.
Jika ada saudara yang mengingatkan, disangka mendendam. Padahal mungkin memang kita ada salah. Atau mungkin hati kita terlalu legam, sehingga sulit membedakan hal yang haram. Atau memang itu tadi, kita lebih senang membohongi diri sendiri, dengan mengabaikan kata hati, nurani, yang selalu berbica jujur, apa adanya.
Padahal jika kita jujur pada diri sendiri, mengakui kekurangan kita, itu akan menjadi titik awal yang berharga. Kita mengakui, kekurangan kita tidak disiplin misalnya, maka dengan begitu kesadaran untuk merubahnya menjadi disiplin lebih memungkinkan daripada jika kitak tidak menyadari, atau tidak mengakui kalau kita tidak disiplin.
Nah kalau tidak merasa bahwa diri ini tidak disiplin, mana bisa ada niat untuk memperbaikinya?
Jujur pada diri sendiri... apa saja kekurangan yang ada. Lantas bertekad untuk sedikit demi sedikit memperbaikinya. Satu-satu... tapi kontinue.
Yuk mari.. sama-sama berusaha merubah diri ke arah yang lebih baik.
2 komentar
yang penting juga adalah istiqomah atau konsisten dengan keinginan atau tekad yg kita tanamkan itu :)
BalasHapusiya, bener2.. yang penting istiqomah/konsisten/berkelanjutan/kontinue...
Hapusmakasih masukannya, :)