Pernah tidur di kelas?

By norma - 8/15/2010 11:02:00 PM

Aduh, ngantuknya…
Mata, please dong, jangan merem terus. Melek! Melek! Malu kalau ketahuan dosen. Sekuat tenaga aku berusaha untuk tetap terjaga.
Suasana di siang hari, kelas cukup hening dan tertib. Kali ini kegaduhan, rumpian, cekikikan yang kerap ada sehingga kelasku dicap para dosen sebagai kelas ter-rame untuk sementara tidak menampakkan aksinya. Masing-masing fokus pada diri sendiri, entah itu hanya melamun, mendengarkan materi, corat-coret bangku, sms-an, facebook-an, sampai latihan soal. Serasa tidak ada energy lagi untuk berbicara apalagi tertawa. Aku, disibukkan dengan menjaga mata dan menahan kantuk agar tidak sampai benar-benar tidur.
Dibandingkan diluar yang terasa terik, dikelas memang cukup nyaman, adem. Sepertinya sekarang adalah waktu yang sangat tepat untuk tidur. Salut untuk pak dosen yang masih semangat mengajar. Dipadati oleh aktifitas sejak pagi tadi, badanku lelah, mungkin memang sedang membutuhkan tidur sebagai bentuk istirahat.
Namun apa daya, keheningan dan kenyamanan kelas mampu membuatku kehilangan kesadaran, tidur. Tidur yang kurang nyaman, namun tetap tidak bisa dihilangkan. Kurang nyaman karena sedikit-sedikit tersadar_demi mengingat dosen yang mungkin akan segera mengetahui bahwa aku tertidur, tidur lagi, tersadar, tidur lagi. Terbangun yang kesekian kali, mataku perlahan terbuka, kesadaranku semakin utuh. Dan betapa malunya aku ketika mataku sudah terbuka penuh, kesadaranku kambali, rasa ngantuk mendadak segera hengkang. Pak dosen tersenyum manis tepat memandangiku.
Firasat buruk menyebabkan ketakutan sangat. Sebelum firasat ini benar-benar nyata, aku sigap, menatap buku, mencorat-coret lembaran kertas, pura-pura mengerjakan soal. Saat menatap depan kelas, aku masih mendapati pak dosen tersenyum untukku_kali ini aku rasa sebagai senyum mendapatkan ide cemerlang.
Sejurus kemudian pak dosen berkata, “ yak, mbak yang disitu, coba kerjakan nomor sepuluh.” Sambil menunjuk dimana aku duduk. Ternyata dugaanku benar, pak dosen telah mendapatkan ide cemerlang untuk memberiku pelajaran.
Ya Allah, apa yang harus kukerjakan? Menatap soalnya saja aku tidak mengerti. Mana tidak boleh membawa buku ke depan lagi. Walaupun tidak mungkin, aku tetap berdoa dalam hati, agar soal kalkulus didepan bisa dikerjakan semudah mengerjakan soal Bahasa Indonesia. Huhh, ya sudahlah, apa boleh buat. Aku siap untuk menerima resiko apapun.
Teman-temanku tidak tahu peristiwa ngantukku. Mereka hanya menyangka kalau pak dosen menunjuk secara acak saja. Tidak ada maksud tertentu dalam menunjukku maju ke depan mengerjakan soal kalkulus. Tentang integral lipat.
Selesai berpikir, menghitung, menganalisa, akhirnya aku mendapat hasil akhirnya. Wow, ternyata aku bisa, dengan pengarahan dosen tentunya. Mulai saat itu, aku kagum dengan pak dosen kalkulus yang sangat sabar dan pandai membuat mahasiswanya mengerti. Dan, moment tersebut juga menjadi titik awalku mendapat nilai A untuk mata kuliah kalkulus!

Kesimpulannya: Yang tidak boleh ditiru, ngantuk dikelas. Sedangkan yang boleh ditiru, dapat nilai A untuk kalkulus.
Atau ada yang punya kesimpulan lain?

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar