Ruwetnya Berurusan dengan Mereka

By norma - 3/04/2012 09:58:00 PM

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Ya Allah.....
Tunjukkan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ampuni kesalahan dan kekhilafan hamba beserta keluarga. Ampuni segala dosa dan salah kami ya Allah.......

Kami hanya tidak habis fikir, begitu tega pencuri itu. Pencuri uang dan perhiasan kedua orangtua. Tidak hanya sekali dua kali, ini berrrrrkali-kali. Tulisan sebelum ini menceritakan bahwa ibuk baru saja kehilangan uang enam ratus ribu. Baru sehari tulisan tersebut di posting, ibuk kehilangan dua gelang, gelang kenang-kenangan ketika pergi haji.

Kehilangan uang yang mungkin "hanya" berbilang ratusan ribu, tetapi jika dikalikan sekian puluh kali, menjadi besar juga nilainya. Kehilangan perhiasan berupa cincin, anting, dan gelang. Kehilangan itu saja aku sudah merasa didzolimi. Apalagi kalau mengingat bahwa yang mencuri kemungkinan besar dari keluarga sendiri. Dan sekarang, yang dicurigai memulai perang.

Omongan tentang kemungkinan pencuri awalnya hanya aku, irin, bagas, ibuk, dan bapak yang membahas. namun setelah mbah kakung mengetahui bahwa kami mencurigai keluarga A, mbah kakung langsung menanyakannya kepada keluarga A tersebut, yang membuat keluarga A marah besar, sebab tidak terima jika dituduh sebagai pencuri. Helloooooooo, siapa yang menuduh mencuri?

Kami sekeluarga tidak ingin kecurigaan ini merembet keluar karena tidak ada bukti. Dan kami sudah membayangkan ruwetnya berususan dengan keluarga A ini. Tapi mau bagaimana lagi, mbah kakung justru sudah mengatakannya kepada yang bersangkutan.

Dan sekarang, keluarga A yang dicurigai membuat kisruh suasana. Berkoar-koar kepada warga desa bahwa dia "terdzolimi" karena sudah dituduh mencuri. Helloooooooo, siapa yang menuduh mencuri?

Sepertinya keluarga A ini tidak bisa membedakan mana yang namanya konfirmasi dan menuduh. Mbah kakung cuma bertanya, kalau pun kenyataannya tidak, ya sudah. Toh kecurigaan bahwa keluarga A itu yang mencuri tidak akan kami beberkan keluar. Biarkan kecurigaan ini kami yang saja yang menyimpan. Kami cukup tahu diri, mana yang seharusnya di beritahukan kepada orang lain dan yang seharusnya untuk konsumsi pribadi. Bukan seperti keluarga A yang memang mempunyai hoby bergosip, bahkan keburukan keluarga besar sendiri pun enteng saja diberitahukan kepada orang lain.

Ini malah justru menceritakannya kepada semua orang yang singgah di warungnya. Dan selayaknya kebiasaan di desa, jika sudah satu saja orang yang mengetahui sesuatu, maka tidak membutuhkan waktu lama untuk semua warga desa tahu. Apalagi ini ceritanya sama banyak orang. Apalagi keluarga kami cukup terpandang di desa. Hahh, perbuatan yang merugikan diri sendiri kurasa. 

Karena dengan begitu orang lain menjadi tahu bahwa keluarga saya sering kecurian. Dari uang sampai perhiasan. Dari yang bernilai kecil sampai besar. Rumah saya terbuka, artinya setiap keluarga bebas keluar masuk. Kalau ada orang asing dirumah atau disekitar rumah, pasti orang-orang tahu bahwa ada orang asing. Persaudaraan di desa masih erat, masih kenal satu sama lain. Dan kalau keluarga saya tidak dirumah, bapak dan ibuk kerja, saya dan adek-adek dikosan, sedangkan ada acara dirumah semisal perkumpulan pkk atau masa-masak untuk acara pengajian, rumah biasa ditinggal dengan keluarga termasuk keluarga A itu. Keluarga A yang sering diminta ibuk untuk mengerjakan sesuatu, dan dari semuanya, satu keluarga itu yang lebih tahu "isi" rumah saya. Orang-orang tahu kondisi rumah saya, termasuk bahwa keluarga A adalah orang-orang kepercayaan keluarga saya. Orang-orang juga tahu siapa saja yang berada dirumah ketika kecurian terakhir kemarin.

Jadi, Silahkan berkoar-koar.......

Keluarga A itu bilang bahwa mereka sudah berbuat banyak untuk keluarga kami, juga mengatakan seakan-akan keluarga kami suka sekenaknya menyuruh-nyuruh melakukan sesuatu. Membuat kesan bahwa keluarga saya keterlaluan karena sudah "menuduh" keluarga yang sudah berbuat banyak. Heyyyy... keluarga kami memang sering menyuruh, akan tetapi selalu diiringi dengan imbalan, yang seringnya imbalan diatas normal. Ya, ibuk selalu memberi berlebih. Jadi salah? Bukannya ini sudah sama-sama menguntungkan. Bahkan setiap musim tanam selalu dibagi paroan sawah.

Terserah kalau setelah ini Keluarga A tidak mau melakukan apa-apa untuk keluargaku. Malahan bagus, kalau pun memberi upah, kami memberi upah kepada orang lain sekalian yang mau diberi imbalan normal. Yang tidak akan mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Kami menyadari kecurigaan kami bisa salah, makanya kami tidak sampai mengatakannya kepada orang lain. Mbah Kakung menanyakan itu, sekedar untuk memastikan. Kalau tidak, ya sudah, kami toh tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak ada bukti. Tapi kalau sampai satu keluarga itu berkoar-koar hal buruk tentang keluarga kami, sekaligus mendiamkan, juga memulai perang, tidak masalah. Itu mau mereka sendiri. Yang penting kami sekeluarga tidak ada maksud sama sekali untuk itu.

Sebenarnya tidak mengherankan jika sikap keluarga A seperti itu. Ya, seharusnya dari dulu kami berhati-hati dengan keluarga A. Juga berhati-hati dalam memberi kepercayaan. Dengan kami mereka suka menceritakan kejelekan-kejelekan orang lain, bahkan satu kejelekan anaknya saja bisa menjadi bahan gosip untuk seluruh warga desa, jadi sangat memungkinkan jika keluarga A juga akan mengatakan kejelekan keluarga kami.

Sesuatu yang bagus saja bisa dijelekkan, apalagi yang benar-benar jelek. Kalau kata ibuk, elek apik bakalan dijelekkin juga.

Seharusnya kami sadar dari awal, bahwa keluarga A suka sekali berbohong. Kalau berkata bohong kepada orang lain begitu mudah diucapkan, lantas apa susahnya mereka berbohong terhadap keluarga saya?

Jika diberi uang ibuk untuk berbelanja atau untuk kebutuhan apa, ibuk sering merasa ada keganjilan karena keluarga A sering meminta tambahan uang, karena kurang. Padahal menurut ibuk uang yang diberikan ibuk sudah banyak dan sangat cukup untuk berbagai keperluan tersebut.

Dan keluarga A sering tidak ada beban ketika mengambil barang kami, misal, anaknya mengenakan celana milik adik saya tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Ibu dalam keluarga A justru terang-terangan pernah bilang kepada saya bahwa dia mengambil gamis hitam milik ibuk dan saya disuruh untuk tidak mengatakannya kepada ibuk. Mengambil gamis hitam tanpa persetujuan pemiliknya itu apa namanya? Lucunya, dia melakukan perbuatan itu di depanku. Juga uang loakan yang seharusnya hak keluarga kami, dikantongi begitu saja ketika yang beli loakan memberinya kepada Ibu kelurga A, dengan maksud disampaikan ke ibuk. Mentang-mentang orang kepercayaan bukan berarti bisa sekenaknya kan?

Dari beberapa tanda-tanda itu seharusnya kami lebih berhati-hati dalam memberi kepercayaan. Kalaupun tidak mencuri, tidak perlu sampai menjelek-jelekkan keluarga saya kan? Toh kecurigaan kami tidak akan dibuka sampai luar. 

Kecurigaan kami memang belum terbukti. Makanya Mbah Kakung mengkonfirmasi, bukan untuk menyalahkan ataupun memberitahukan kepada orang lain, juga tidak untuk dilaporkan ke polisi. namun jika  keluarga itu memilih untuk menjelekkan, mendiamkan, bahkan memulai perang, yaa,,,, terserah... palingan nanti capek sendiri, dan bisa saja jadi darah tinggi karena marah-marah setiap hari.

Yang penting kami tidak ada niat dan perbuatan yang menuju ke arah permusuhan.

Ya Allah.....
Jaga dan lindungi keluarga hamba. Kuatkan kami, dan mohon mampukan kami untuk selalu bersabar............

#Jadi untuk teman-teman, lihat lagi orang-orang disekitar. Kalau mereka mudah berbuat buruk kepada orang lain, mereka juga bisa saja mudah berbuat buruk pada kita.


*Semarang, 4 Maret 2012 21:43

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar