Saya heran dengan diri saya sendiri, kenapa kedudulanku gak
ilang-ilang sejak jaman sekolah dulu. Ada saja kecerobohan ataupun
kebodohan yang saya buat. Kadang lucu, lebih sering memalukan tapi.
Waktu
di loket parkir Masjid, Mas petugas bilang tarifnya lima ratus. Dalam
hati saya membatin, ih kok murah banget tarif parkirnya. Dipasar
tradisional aja tarif parkir seribu. Tapi baguslah, murah. Toh receh
yang ada cuma limaratus. Pas. Jadi saya PeDe saja memberi ke petugas
uang limaratus perak. Tapi kok pandangan masnya gimana gitu.
Jangan-jangan kurang. Enggak lah, kalau kurang pasti masnya sudah
menegur. Oke, saya pun lanjut memarkir kendaraan. Menuju Simpang Lima,
hati saya masih membatin, jangan-jangan saya tadi salah denger, harusnya
seribu limaratus tapi saya dengernya cuma limaratus. Kalau iya, malu
bangeeeeett.
Ketika saya mengambil karcis parkir untuk
diberikan ke petugas parkir di pintu keluar, saya terkejut. Dugaan saya
benar. Saya salah dengar. Harusnya tarifnya seribu limaratus! Duh,
malunyaaaaa. namun begitu dengan muka tempok saya menuju loket parkir,
berniat memberi kekurangan tarif. Bagaimanapun juga seribu rupiah itu
adalah uang. Beruntung petugasnya sekarang sudah ganti dengan Mbak-Mbak.
Setidaknya saya tidak terlalu malu sama Mas yang tadi. Dengan
memberanikan diri saya memberi uang seribu rupiah sambil berkata, maaf mbak, ini kekurangan saya yang tadi, sambil cengar cengir dan langsung kabuuuurrr. Mbak-nya bengong, gak ngerti tapi menerima juga pemberian uang dariku.
Jadi, Hikmahnya adalah, kalau ada orang ngomong dengerin baik-baik dan perhatikan dengan seksama, :)
0 komentar