Ada orang yang jika merasa disakiti, langsung berbalik marah. Tidak
terima. "Aku kalo gak suka ya udah, ngomong apa adanya. Tapi habis itu
langsung selesai." Ngomong apa adanya. Seringkali seseorang merasa bahwa
apa yang dikatanya apa adanya. Padahal bisa jadi bagi orang lain,
omongannya itu, bukan apa adanya lagi. namun sudah dubumbui dengan
sugesti diri, yang berlebihan.
Dan meskipun setelah "perang", bilangnya langsung selesai
perkara, namun hati seseorang siapa yang tahu. Ketika ada omongan yang
membuat luka, sakit hati,meskipun setelah itu berbaikan lagi, luka
tersebut tetap tidak bisa hilang seratus persen. Paku yang sudah dicabut
saja masih menyisakan bekas.
Ada beberapa teman berkomentar mengenai
sikap saya yang tidak membalas kemarahan seseorang. Bagi saya, saya
tidak mau menyakiti. Biar saya saja yang merasakan ketidaknyamanan,
siapa tahu saya memang salah sehingga pantas dimarahi. Daripada sudah
meninggalkan bekas paku ternyata memang kitanya yang salah. Dan,
menghindari luka jauh lebih bagus dari pada menghapuskan luka. Dalam
menghapus luka tetap saja membekas. Kalau bisa tidak marah, mengapa
harus marah. Lagipula kita lebih sering marah untuk hal remeh. Hanya
membuang energi saja. Saya tidak mau merusak suasana hati positif dengan
kemarahan. Hanya membuat rugi diri sendiri saja. Sudah capek hati,
hilang energi.
namun ketika sikap seseorang sudah menyebalkan dan
keterlaluan, dan parahnya orang itu selalu merasa benar, jika diingatkan
justru marah, pertahanan saya jebol juga. Saya merasa sangat kesal
dengan orang itu, serta merasa sakit hati. Mungkin memang susah
mengingatkan orang yang keras hati, bahkan hati yang mati.
Dan untuk
saat seperti ini, saya hanya bisa berdoa kepada Allah. Karena
bagaimanapun kita berusaha untuk membuat orang itu mengerti, dia tetap
tidak akan mengerti. Ya Allah... lapangkan dada
hamba.. dan beri hamba kekuatanMu ya Allah.....
Tiap kali jika merasa
tersakiti, seseorang merasa bahwa dia yang benar dan orang yang
menyakiti salah.Padahal belum tentu demikian. Bisa saja orang tersebut
hanya ingin mengingatkan, dan memang kita yang salah. Bisa jadi juga
cuma kesalahpahaman semata, tidak ada niat untuk marah ataupun menyakiti sama
sekali. Namun jika kita memang disakiti, tidak salah tapi disalahkan.
Tidak menyakiti tapi dizholimi, berdasarkan apa yang diajarkan
Rasulullah, diamkan saja, akan lebih baik lagi jika memaafkannya, jangan
membalas menyakiti, selama tidak melecehkan agama Allah. Dan berdoa,
karena bisa jadi di kelak kemudian hari, orang yang menyakiti tersebut
berbalik menjadi pembela kita.
Apa yang dicontohkan Rasulullah begitu
luar biasa. Jadi betapa hati Rasulullah seluas samudra. Kalau saya..
huhhh.. diam atas perbuatan menyakitkan membutuhkan perjuangan yang luar
biasa. Ya Allah.. lapangkan hati hamba. Jadikan hati yang ada rasa
benci dan sakit hati ini menjadi hati yang memaafkan dan penuh dengan
kebahagiaan. Aamiin Ya Rabbal alamiin.
0 komentar