Suasana Hati

By norma - 5/19/2010 10:17:00 PM

Semua ini memang sukar diungkapkan atau karena aku saja yang tidak bisa membahasakannya dengan baik dan benar. Terperinci. Menilik hatiku, membandingkannya dengan dulu, sekarang beda. Lebih berwarna. Dengan perpaduan warna cerah, mendung, kelabu, hitam, terang, lebih kontras dibanding dulu. Ada cerah, cerah, terang, agak kelabu, cerah, warna senada.

Konsekuensinya, hatiku harus terbiasa menahan sesaknya perpaduan warna ini. Rasa yang sudah sekian lama tidak aku jumpai mungkin, atau kemungkinan lain aku baru merasakan rasa ini. Terlihat tenang, namun begitu menghanyutkan. Kalau saja pertahanan diri lemah. Sudah sekian lama warna ini melanda, tanpa pengaturan. Baru sekarang aku tersadar. Aku harus mempelajari sasa ini, aku harus memahami diri, aku harus mengetahui apa yang warna ini inginkan.

Ternyata sulit didefinisikan. Sukar digambarkan. Mengalir saja sepertinya menyenangkan. Tanpa peduli mau dibawa kemana oleh derasnya aliran. Yang penting mengalir, terkesan oleh orang lain bahwa ia cepat melaju. Dibanding dengan pengaturan. Meski sudah ditata sedemikian hingga, kadang masih saja terhanyut kearah lain. Dan kalau sudah seperti ini cibiran pun ikut serta mengalir.

Walaupun sebenarnya tidak penting. Mengapa selalu dipersoalkan. Bukankah tujuan itu, hasil itu, bukan hak kita untuk menentukan, tapi sudah ada yang mengatur. Bukankah tugas kita hanya bagaimana membuat atau memilih proses perjalanan sampai tujuan itu seberkesan dan seindah mungkin. Semenarik mungkin. Tanpa proses penuh warna, liku dan tantangan, bagaimana seseorang bisa merasa puas dan terbebas dari kebosanan?

Dan ingat, keberanekaragaman warna yang menggelayuti hati, merupakan salah satu dari karunia-Nya. Ia member kita kesempatan, menikmati elok dan syahdunya hidup ini. Semakin banyak warna, semakin menarik untuk dilihat, seperti pelangi tadi sore. Cantik menggantung di langit kelabu membentuk setengah lingkaran.

Banyaknya warna ini juga ingin menguji seberapa tangguh hidupmu memikul banyak beban. Seberapa kuat membawa serta banyak warna warni kehidupan. Disini dilarang hanya sekedar berteori, akan tetapi benar-benar berbuat sesuatu dihiasi dengan kesabaran dan keistiqomahan.

Bagai benang kusut juga mungkin. Namun lihatlah, diluar benang kusut itu kita masih memiliki rajutan. Masih ada sesuatu yang berharga. Jangan hanya terpaku pada benang kusut. Tetap syukuri milikmu saat ini. Tidakkah kau sadar, rajutan yang kau miliki saat ini begitu berharga, berisi limpahan kasih sayang, cinta, perhatian, pengertian, kekuatan, motivasi, curahan semangat juang, bahkan iman. Buanglah keluh kesah itu, benang kusut itu hanya belum membentuk rajutan yang kau inginkan. Uraikan benang tersebut dengan penuh kesabaran, kepantang menyerahan, ketiada putus asaan, keistiqomahan, serta perjuangan dan pengorbanan sedikit saja diatas yang lain. Tidak langsung membentuk memang. Bahkan mungkin saja kau akan terkena tusukan jarus terlebih dulu, kau akan kesulitan merajut dengan teknik baru, dan mungkin saja kau akan menelantarkannya beberapa saat. Tetaplah lalui semua prosesnya dan bangkit serta tidak menyerah begitu saja. Ingat, selalu sediakan ruang untuk mensyukuri apa yang masih kamu punya.

Man jadda wa jadda. Innallaha ma ana. Allah Maha Kaya. Allah Maha Adil. Allah mengabulkan doa orang yang berdoa. Binatang kecil di laut yang tak tampak oleh manusiapun diberi rejeki olehNya.


Rabu, 5 mei 2010. Bandung. 23.13 wib.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar