Jaga Omongan

By norma - 8/01/2019 10:38:00 PM




Kita sudah sama-sama sangat mengerti bahwa di kehidupan sosial kita, ada banyak pertanyaan-pertanyaan umum yang tidak akan ada habisnya. Seperti misalnya kapan sidang, kapan wisuda, sudah dapat kerja belum, kerja dimana, kapan nikah, kapan punya momongan, dst, dst. Kalian boleh menambahkan sendiri daftar pertanyaan dalam hati.

Saya sendiri termasuk orang yang nikahnya lebih akhir dibandingkan teman-teman seangkatan, jadi sudah tidak terhitung berapa kali pertanyaan kapan nikah yang saya terima. Setelah menikah, pertanyaan yang saya terima adalah, “Sudah isi belum?”; “Eh, kok perutnya besar, sudah isi ya?”; “Si ini sudah isi lho, 3 bulan, kamu kapan?”, “Nikahnya kapan sih, kok sekarang belum isi, lama juga ya.” Jujur, saya jauh lebih kuat menghadapi pertanyaan kapan nikah dibandingkan dengan kapan punya momongan. Kenapa? menikah itu, bisa kita usahakan sekaligus kita rencanakan mau nikah kapan, dengan ijin Allah swt. Misal kita sudah berusaha, ketemu jodoh, kita bisa merencanakan mau nikah bulan apa tahun berapa. Jadi ketika ditanya, kita masih bisa jawab, insyaallah bulan ini tahun ini. Kalaupun belum ketemu jodohnya meskipun kita sudah berusaha, bisa dijawab, nanti kalau ketemu jodoh, atau apalah yang memungkinkan kita belum menikah. 

Kalau punya momongan, kita hanya bisa mengusahakan tanpa bisa tahu pasti kapan diberikan momongan oleh Allah swt. Bahkan terkadang, yang suaminya normal, istri juga normal secara medis, masih belum punya momongan, padahal mereka sudah berusaha. Kalaupun hasilnya belum ada, mereka bisa apa? Jadi gimana bisa mau jawab pertanyaan kapan punya momongan, mereka sendiri tidak tahu kapan dan sebenarnya juga mendambakan.

Saya ada teman, yang cerita kalau dia sampai tidak mau keluar rumah karena dikomentari oleh tukang sayur yang sering lewat di depan rumahnya, "kok nggak hamil-hamil sih." Saya tidak tahu teman saya ini sudah menikah berapa lama, karena saya tidak mau bertanya hal yang mungkin sensitif. Yang pasti komentar tsb membuat teman saya sangat tidak nyaman sekali dan yang pasti... sedih.

Untuk kita semua, sama-sama berusaha jaga omongan yaa, daripada menanyakan hal-hal yang merupakan rahasia ilahi, mending kita doakan dengan sepenuh hati. Kalau mau membantu boleh, membuat sedih jangan. 

Tulisan ini terkhusus sebagai pengingat untuk saya yang ngomongnya sering pedes.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar