Mulai dari diri sendiri

By norma - 3/22/2011 08:08:00 PM


Meler lagi.. meler lagi..
jadi heran dengan diri sendiri. mudah banget kena flu. padahal baru beberapa pekan kemarin merasa sembuh. orang tua juga ikutan heran, kelihatan pas tadi sore telpon. lho, kok suaranya bindeng, flu lagi to? kata bapakku. iya, jawabku sedikit enggan, merasa pertanyaan tersebut adalah kalimat pembuka pembicaraan (baca:nasehat) panjang. dan benar saja, setelah aku menyebutkan kemungkinan penyebab flu-ku ini, mengalirlah pembicaraan itu. untungnya, gak panjang2 benget, hehe..


udah flu, suasana hatiku hari ini cukup buruk lagi. komplit sudah penyakitku, penyakit hati dan bodi, hehehe. tapi setelah browsing, baca-baca blog orang, 'penderitaan'ku berkurang. ada pencerahan lah, dan ngerasa bahwa bukan hanya saya yang merasakan hal itu. malah sepertinya, semua orang mengalami hal tersebut. jadi bisa ketawa, oh, ternyata begitu to.


wedew, kok malah nyolong curhat alias curhat colongan (baca:curcol) gini? hehehe, but it's ok lah yaa.

***

berkhayal:

mbak, kok prosesnya gagal? mbak-nya mengamati sebentar, lantas menjelaskan, oh, itu karena ini, bla bla bla, dst.. mbak-nya pintar, tapi gak sombong, dan yang terpenting, mau berbagi ilmu.

maksudnya? saya masih gak paham mas.. dan si mas pun bersedia menjelaskan kembali, dan dengan senang hati mengubah cara menjelaskannya agar lebih mudah saya pahami, tanpa membentak, tanpa kalimat: tadi kan udah dijelaskan, cuma kayak gitu masih gak ngerti juga? si mas
memahami betul bahwa sekecil apapun itu, kalau seseorang belum tau ya, jadi susah.

teman, saya bisa minta tolong untuk .....? dan tanpa berpikir panjang, sang teman langsung meng-iyakan. tidak memikirkan untung-rugi. padahal dengan
menolong, sang teman mengorbankan cukup waktu, tenaga, dan pikiran.

mbak, silahkan duduk disini. seorang adek, usia belasan, menawarkan kursi bus-na untukku. mungkin dia merasakan kerepotan saya yang sedang membawa banyak bawaan, sehingga si adek
lebih mengutamakan kepentingan orang lain.

ibu gak ikutan beli?tanyaku pada seorang ibu di kompleks rumah. buat apa beli itu nak, kalo untuk gaya-gayaan saja, untuk pamer, dan agar dipuji orang lain. ibu sudah mesasa cukup nak, yang dengannya hidup ibu bisa tenang,
tanpa iri dengki.

maaf, benar ini dompet mbak? seorang bapak memberikan sebuah dompet putih padaku di ruang informasi pusat perbelanjaan. dan seketika itu juga saya lega, akhirnya dompet yang berisi sejumlah uang dan kartu-kartu penting ditemukan orang lain dan dikembalikan utuh. bapak yang menemukan dompetku
jujur, serta tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.


ah, alangkah indahnya hidup ini jika semua orang mau berbagi, memahami, menolong, lebih mengutamakan kepentingan orang lain, tanpa iri dengki, jujur, serta tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.

hayuk, mulai dari sendiri Ma..



  • Share:

You Might Also Like

0 komentar