Ternyata, ujian memang bergantung pada kondisi seseorang.
Ketika aku berusaha untuk ikhlas,
ada saja yang membuat keikhlasan ini goyah.
Ketika aku ingin fokus beramal,
ada saja yang membuatku ingin imbalan.
Ketika aku ingin berkontribusi,
ada saja yang membuatku ingin diakui.
Maka benarlah firman Tuhan,
bahwa engkau belum bisa mengaku beriman,
sebelum lulus ujian.
Purwokerto, 26 Mei 2016
Akhirnya saya selesai membaca serial Supernova karya Dee Lestari. Selesai membaca, yang terfikir di benak saya adalah, kok bisa ya Dee membuat tulisan yang genius seperti ini. Meskipun begitu, saya tidak pernah bisa menangis membaca Supernova. Karena mungkin, spiritualitas versi saya berbeda dengan spiritualitas yang dikisahkan Dee dalam serial ini.
Rumah, 8 Mei 2016 13:54WIB
Jangan memikirkan seseorang yang bahkan tidak mengingatmu sama sekali.
Kalaupun kamu didzolimi, jangan lupa untuk bahagia. Itu biar jadi urusan yang ingkar janji/berbuat tidak adil dengan Allah saja. Kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan sekarang. Jangan galau, jangan lupa bahagia.
Jogja, 20 Januari 2016 15:49WIB
Foto dari sini |
Tuhan adalah Rabbun-Naasi; Pemelihara manusia. Tidak dibiarkan terlantar, dipeliharaNya lahirnya dan batinnya, luarnya dan dalamnya, jasmaninya dan rohaninya, makanannya dan minumannya. Yang dipelihara itu termasuk aku, termasuk engkau dan termasuk segala makhluk yang bernama Naas atau Insan dalam dunia ini. Sehingga turun nafas kita, perjalanan dan goyangan jantung siang dan malam yang tidak pernah berhenti, alat-alat pencerna tubuh, telinga alat pendengar, mata alat melihat, hidung alat pembau, semuanya dipelihara terus oleh Maha Pemelihara itu, oleh Rabbun itu.
Allah adalah Raja, atau Penguasa yang mutlak atas diri manusia Maha Kuasa Allah itu mentakdirkan dan mentadbirkan, sehingga mau tidak mau, kita manusia mesti menurut peraturan yang telah ditentukanNya, yang disebut sunnatullah. Kalau kita hendak dilahirkan ke dunia, hanya berasal dari setetes mani, kita pun lahir. Kalau kita hendak dimatikannya, bagaimanapum bertahan, kita pasti mati. Kita ini Dialah yang empunya. Bahkan nyawa kita; kalimat mudhaf dan mudhaf ilaihi diatara nyawa dan kita, arti sepintas lalu ialah bahwa nyawa kita sendiri kitalah yang empunya. Namun pada hakikatnya, yang empunya nyawa kita bukanlah kita, melainkan Dia. Jelas dikatakanNya dalam wahyuNya; Ruhi-hi, artinya; Nyawa-Nya, bukan Ruhi-iy; Roh atau nyawaku!
Kalau sudah jelas bahwa nyawa kita sendiri bukan kita manusia yang empunya, apalah lagi yang kita kuasai dan kita punyai di dalam diri kita ini? Tidak ada!
Dari Tafsir Al-Azhar HAMKA surat An-Naas.
Jogja, 9 Januari 2016 10:04 PM.
Alhamdulillah, hari ini hatiku senang dengan kajian. Setelah sore tadi datang di Kajian Rabu Sore di Masjid Nurul 'Ashri, malamnya bada shalat isya hatiku tergugah untuk mendengarkan ceramah. Ya awalnya sih untuk rame-ramean saja, nemenin ngoreksi hasil UAS. Kalau dengerin radio, saya sedang malas mendengarkan musik_yang kurasakan akhir-akhir ini justru musik menjadikan hati kering. Mau dengerin MQ FM, entah headset ku pada kemana. Lantas terfikirlah untuk mendengarkan ceramah di laptop. Setelah memilih-milih kajian mana yang ingin diputar, tertambatlah hatiku pada Kajian Tauhid Aa Gym. Daaannn... Alhamdulillah sangat cocok sekali dengan kondisi hatiku yang saat ini banyakan galau kurang bersyukur.
Jadi, pelajaran yang dapat diambil hari ini adalah tentang syukur. Untuk dapat bersyukur, harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Hati
Hati harus haqqul yaqin bahwa Allah lah yang memberi karunia kepada manusia. Bukan manusia itu sendiri. Allah tidak mungkin ingkar janji. Barangsiapa yang bersyukur, Allah akan menambah nikmatnya. Yang membuat kita menderita itu bukan kurangnya karunia, tapi kurangnya kita bersyukur. Ketika jalan kita berkelok-kelok, terasa tidak ada yang bisa dilakukan lagi, barangkali Allah akan memberi kejutan (yang menyenangkan). Jadi, syukuri saja apa yang terjadi. Manusia bukan diperintah untuk bisa menangani segala macam persoalan sendirian, melainkan manusia diperintahkan untuk bertaqwa. Barangsiapa bertaqwa, maka Allah akan memberinya jalan keluar.
(Tuh, bertaqwa saja Ma. Apapun yang kamu hadapi sekarang, hadapilah dengan bertaqwa, bukan sedih, putus asa, dan gundah gulana. Tau artinya bertaqwa kan? Iya... menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Cukup jalankan itu saja. Contoh kecilnya, saatnya adzan ya langsung solat. Jangan tinggalkan ngaji. Astaghfirullahaladziim. Jangan tinggalkan Dzikir Pagi/Petang. Syukur. Sabar. Sedekah. Berbuat baik pada orang tua. Astaghfirullahaladziim. Jangan pikirkan gengsi. Jangan pikirkan apa kata orang. Yang penting jalankan perintah Allah. Jangan mendramatisir masalah. Bersyukurlah. Bertaqwalah.)
2. Lisan
Banyak-banyaklah berdoa. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Jadi jika ada yang memuji, tidak membuat tinggi hati, sebab kita menyadari bahwa segala puji hanya bagi Allah.
Alhamdulillah, kita punya tempat tinggal yang layak. Disaat orang lain jauh dari Allah, Alhamdulillah Allah memudahkan kita untuk salat. Disaat banyak orang mengeluh tidak bisa tidur, Alhamdulillah tidur kita bisa nyenyak. Alhamdulillah pendengaran kita normal. Alhamdulillah penglihatan kita baik-baik saja. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah ala kulli hal.
3. Jangan tertimbun dalam keinginan
Yang membuat kita menderita bukan kurangnya karunia. Tapi karena kita lebih fokus pada apa yang belum kita punya. Kita hanya fokus pada keinginan-keinginan yang belum tercapai. Kita hanya memikirkan sesuatu yang tidak cocok dengan kita.
Dikisahkan bahwa ada seseorang mempunyai 99 ekor kambing. Namun hal tersebut tidak lantas membuatnya bergembira. Karena dia justru kalut memikirkan kambing tetangga yang tidak mau dijual kepadanya. Dia ingin satu kambing lagi agar keinginannya mempunyai 100 kambing tercapai. Dia fokus sibuk memikirkan satu kambing. Padahal, dia sudah punya 99 ekor!
(Ini jleb banget, bagiku yang sering punya banyak keinginan. Banyak pengennya. Pengen begini begitu. Pengen punya ini itu. Pengen kesana kemari. Iya sih, ini bener banget. Bahwa terkadang, banyak keinginan justru merepotkan. Aku jadi hanya fokus untuk men-ceklist apa yang belum terealisasi dan tidak diimbangi dengan mensyukuri apa yang sudah ter-ceklist. Jadi sekarang, punya keinginannya dikontrol ya Ma, lebih bagus lagi kalau keinginannya bersifat ukhrawi. Punya banyak keinginan duniawi hanya membuat letih saja.)
Jogja, 20160106 11:18PM