Tafsir Al-Azhar HAMKA surat An-Naas

By norma - 1/11/2016 05:03:00 PM

Foto dari sini


Tuhan adalah Rabbun-Naasi; Pemelihara manusia. Tidak dibiarkan terlantar, dipeliharaNya lahirnya dan batinnya, luarnya dan dalamnya, jasmaninya dan rohaninya, makanannya dan minumannya. Yang dipelihara itu termasuk aku, termasuk engkau dan termasuk segala makhluk yang bernama Naas atau Insan dalam dunia ini. Sehingga turun nafas kita, perjalanan dan goyangan jantung siang dan malam yang tidak pernah berhenti, alat-alat pencerna tubuh, telinga alat pendengar, mata alat melihat, hidung alat pembau, semuanya dipelihara terus oleh Maha Pemelihara itu, oleh Rabbun itu.

Allah adalah Raja, atau Penguasa yang mutlak atas diri manusia Maha Kuasa Allah itu mentakdirkan dan mentadbirkan, sehingga mau tidak mau, kita manusia mesti menurut peraturan yang telah ditentukanNya, yang disebut sunnatullah. Kalau kita hendak dilahirkan ke dunia, hanya berasal dari setetes mani, kita pun lahir. Kalau kita hendak dimatikannya, bagaimanapum bertahan, kita pasti mati. Kita ini Dialah yang empunya. Bahkan nyawa kita; kalimat mudhaf dan mudhaf ilaihi diatara nyawa dan kita, arti sepintas lalu ialah bahwa nyawa kita sendiri kitalah yang empunya. Namun pada hakikatnya, yang empunya nyawa kita bukanlah kita, melainkan Dia. Jelas dikatakanNya dalam wahyuNya; Ruhi-hi, artinya; Nyawa-Nya, bukan Ruhi-iy; Roh atau nyawaku!

Kalau sudah jelas bahwa nyawa kita sendiri bukan kita manusia yang empunya, apalah lagi yang kita kuasai dan kita punyai di dalam diri kita ini? Tidak ada!

Dari Tafsir Al-Azhar HAMKA surat An-Naas.
Jogja, 9 Januari 2016 10:04 PM.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar