Saya Menikah di Usia 29 tahun

By norma - 12/23/2018 01:29:00 PM



Saya menikah di usia 29 tahun. Untuk seorang perempuan, usia ini masuk dalam kategori usia yang sudah "telat" untuk menikah. Entah, anggapan "telat" ini berpatokan pada apa. Bukankah jalan hidup setiap manusia berbeda-beda? Ada yang cepat bertemu jodohnya, ada yang perlu menunggu waktu yang lama. 

Saya menikah di usia 29 tahun. Lingkungan sekitar sudah khawatir karena di usia ini saya belum juga berumah tangga. Keluarga, kerabat, dan sahabat sering menyarankan untuk segera menikah. Saya bukan tidak mau menikah, hanya saja memang saya merasa belum ketemu orang yang saya mau dengan dia, dan dia mau sama saya. Ya, lebih cepat menikah memang lebih baik. Tapi bagaimana jika ada kondisi yang menyebabkan seseorang belum bisa menikah?

Saya menikah di usia 29 tahun. Tapi toh, saya baik-baik saja, Alhamdulillah :)

Untuk orang-orang yang merasakan hal yang sama dengan saya, satu-satunya saran yang bisa saya berikan adalah bersabarlah dalam kebaikan. Untuk orang-orang yang sudah ada calon tapi belum menikah, saya doakan agar Allah memudahkan untuk segera menikah. Hadapi dengan santai pertanyaan bertubi-tubi kapan nikah? Dan di penghujung tahun ini, jika ada yang mengatakan, tahun baru sebentar lagi tapi masih sendiri? hadapi pernyataan itu dengan biasa. Pernyataan itu mungkin untuk memotivasi mereka yang belum berani agar berani dan mau berusaha untuk menikah. Jika kalian sudah berusaha semaksimal mungkin, pernyataan itu bukan untuk kalian. 

Inshaa Allah di saat yang tepat nanti, kalian bertemu jodoh yang tepat. Karena sungguh, perkara jodoh merupakan sesuatu diluar kendali kita. Saya selalu merasa amazing bagaimana Allah mempersatukan dua manusia. Sampai sekarang pun saya masih merasa amazing bagaimana akhirnya Allah menjodohkan saya dengan suami. Seseorang yang awalnya bukan siapa-siapa, sampai akhirnya masing-masing dari kami bersedia untuk berkomitmen sama-sama menjadi teman hidup selamanya. Bagaimana suami memilih saya menjadi pendampingnya dan bagaimana saya menerimanya. Dua orang asing yang akhirnya disatukan oleh Allah. Dari yang tidak saling mengenal menjadi seseorang yang sangat dekat dengan kita, yang masuk ke kehidupan kita, akhirnya menjadi sahabat dekat akrab, dan saling membutuhkan. Berawal dari teman yang mencoba mendekatkan, menjadi dekat beneran, dan akhirnya berproses ke jenjang pernikahan.

Untuk sampai dalam tahap menerima seseorang menjadi bagian hidup saya, bagi saya tidak mudah. Dikatakan pilih-pilih? Ya bagaimana mau menerima kalau hati belum sreg, belum lapang menerimanya. Saya merasa, selama kita memilih karena sesuatu yang prinsip, tidak masalah. Maksud saya, kalau seseorang HANYA memilih dengan mengutamakan yang kaya raya, yang profesinya tertentu, yang terkenal, yang dari keluarga terpandang, yang tampan/cantik, ya kurang baik. Tapi kalau kita memilih berdasarkan kecocokan, kebaikan hati, dan kesamaan frekuensi dalam cara pandang, salahkah? Mungkin, ada yang berhasil dengan yang penting menikah dulu, nanti juga akan sreg kemudian. Saya meyakini, jika seseorang itu memang jodoh saya, Allah akan menggerakkan hati dia memilih saya, dan Allah akan memberi kelapangan hati untuk saya mau menerimanya. Entah dari jalan dijodohkan pun, kalau memang itu jodohnya, Inshaa Allah, Allah membuat hati sreg, menjadikan hati mau menerimanya.

Bagi yang sudah berusaha tapi belum menikah, yakinlah, Allah akan memberi jodoh di saat yang tepat. Bersabarlah dalam kebaikan. Sibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang baik. Sibukkan diri dengan belajar sebanyak-banyaknya, dengan bekerja sebaik-baiknya. Bagi cowok, jangan hanya mau mendekati, tapi giliran ditanya serius, jawabnya nanti-nanti. Bagi cewek, jaga hati, jangan mudah memberikan hati pada seseorang yang belum pasti. Jangan mudah memberikan hati sebelum ada bukti dia mau ikat janji, akad. Jangan sampai kita sudah menganggap dia spesial tapi dia hanya menganggap kita teman biasa. Jangan sampai kita menganggap dia ada rasa, karena sering ngobrol atau jalan bareng misalnya, tapi dia biasa saja.

Kalau kita sudah berusaha dengan baik (bukan berusaha dengan menghalalkan segala cara), tidak melanggar aturan-Nya, tapi belum juga mendapatkan hasil sesuai harapan, kita berusaha lagi dan tetap berprasangka baik kepada Allah, tetap fokus pada peningkatan kualitas diri. Selama kita sudah berbuat baik, sudah berusaha, sudah berdoa, hadapi pertanyaan kapan menikah dengan tenang. Tugas manusia adalah berusaha, Allah yang menentukan.

naa-Demak, 23-12-2018

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar