Alhamdulillah… Libur juga akhirnya, :)) (tarik nafaaaaassss, hembuskan..)
Bayangannya kan kemarin setelah UTS itu mau rajin belajar biar gak sistem kebut semalam pas UAS. Kenyatannya, boro-boro belajar, tugas aja keteteran. Belum proposal penelitian. Justru setelah UTS serasa hectic world. Tiap pekan ada tugas, ada tugas besar juga yang ngerjainnya dari pagi sampai mau pagi lagi (jadi inget jaman ngerjain tepe dulu), ditambah konsultasi ke dosen yang sepekan bisa satu sampai dua kali. Setiap saat bisa deg-degan, apalagi kalau mendekati deadline!
Sekarang… Minggu tenang. Yah meskipun masih ada tanggungan setidaknya gak harus ke kampus, jadi ada cukup banyak waktu untuk menyelesaikannya satu-satu. Kemarin puncaknya pas ngajuin proposal yang ala kadarnya. Dan aku bertekad tidak akan menyentuhnya lagi sesaat. Menenangkan pikiran dulu: belanja dan jalan-jalan. Haahhahaah. Cukup mujarab. Dilanjutkan dengan me time, tapi jangan bayangkan seperti kebanyakan orang, me time versiku disini sama dengan cuci-cuci, bersih-bersih kamar maupun KM, nyetrika, dan rapih-rapih. Jadi selain pikiran tenang, tempat tinggalpun nyaman.
Satu pemikiran yang terlintas, kok ternyata sekedar “me time”menghabiskan banyak waktu ya… Apa karena nyambi wassapan sama emailan? Heheheehehhe.
Ya, kalau dipikir-pikir, aplikasi chat dan jejaring sosial tidak hanya memudahkan bersosialisasi, tapi juga tanpa sadar bisa mengalihkan perhatian dari pekerjaan-pekerjaan penting. Kalau yang diperbincangkan memang sesuatu yang penting dan mendesak, gak masalah. Tapi yang sering terjadi adalah, berupa pembicaraan yang sebenarnya bisa dilakukan setelah semua pekerjaan terselesaikan. Tidak jarang juga jika satu pembicaraan yang semula penting berkembang menjadi guyonan semata.
Kalau menurutku, dengan semakin mudahnya orang berkomunikasi, kok seperti orang kapan saja bisa bertamu ya. Jaman dulu, ngobrol bisa terjadi ketika bertamu yang itupun dilakukan paling mentok setelah isya. Sekarang, orang bisa ngobrol kapan saja, mau jam sepuluh malem ataupun jam tiga pagi. Kalau cuma sekali dua kali percakapan, biasa saja. Tapi kalau sudah berpuluh-puluh percakapan, kan bisa menghabiskan waktu.
Nah. Inilah yang baru kusadari. Jadi, kemarin me time habis waktu berjam-jam ngapain aja? Oalahh. Ternyata nyambi nggosip juga. Hihihihiiiiii..
Besok-besok harus fokus.
Setiap orang hidup dengan tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan perannya dalam kehidupan. Setiap orang juga tidak luput dari permasalahan. Kondisi inilah yang sepertinya cukup sering mengakibatkan seorang manusia suka mengeluh.
Padahal sebenarnya buat apa mengeluh? Mau dikasih episode hidup yang seperti apa juga, sepertinya manusia akan tetap mengeluh. Gak punya duit, mengeluh. Pas punya duit, pengen sesuatu yang lebih, mengeluh lagi. Bosen dengan hidup yang datar tanpa tantangan, mengeluh. Dikasih hidup yang banyak kegiatan, menyita banyak waktu-tenaga-pikiran, mengeluh juga. Lantas maunya apa?
Jadi tidak ada manfaatnya jika selalu mengeluh ketika dihadapkan pada sebuah kondisi tertentu. Memang sedang jatahnya episode tersebut. Nikmati saja, pasti ada hikmahnya.
Lagi banyak kerjaan, hikmahnya, bisa mengembangkan ketrampilan.. Syukur-syukur dapat bonus. Banyak tugas, hikmahnya, bisa belajar banyak hal, bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Dan lain-lain.
*Pelajaran bagi diriku sendiri yang akhir-akhir ini sering mengeluhkan banyak hal*
*ditulis dalam rangka bingung dengan materi yang harus dipelajari, jadi beralih menulis sebentar*
Sekedar dugaan:
Jika kemampuan membaca paperku sama dengan kemampuan membaca novel, sepertinya akan sangat memudahkan untuk melakukan penelitian ini.
*sudah mulai saturasi*
Mengeluh sama manusia, bisa-bisa malah tambah sakit hati. Lah gimana enggak, pas kita mengeluh tentang tugas yang masih kurang 75%, eh dianya malah "mengeluhkan" tentang tugasnya yang sudah 75%. Lebih parah malah, kurang 25% saja rasanya kayak masih kurang 100%. Secara tidak langsung juga dia menunjukkan kalau tugasnya sudah lebih banyak dikerjakan gak sih... Terselip rasa bangga dalam "keluhannya" itu.
Hehehehe... Iya gak?
Makanya kalau ada masalah, cool, silent. Jangan dikeluhkan kemana-mana. Gak dapat solusi juga. Apalagi obral kemana-mana lewat jejaring sosial. Kan? Curhatnya sama pemilik kehidupan saja.
Kalau ketemu persamaan seperti ini baru kepikiran, kok aku bisa sekolah lagi ya, ngambilnya jurusan teknik elektro pula, jurusan yang tidak lepas dari matematika dan fisika.
-galaumodeON-
Bagi teman-teman yang mau dapat beasiswa dikti, harus siap kalau beasiswanya tidak dikasih rutin setiap bulan. Seperti pengalaman2 penerima beasiswa tahun sebelumnya dan sekarang sesuai pengalamanku sendiri, beasiswanya baru sampai ke rekening masing-masing setelah tiga bulan lebih kuliah.
Lebihkan kesabaran dan dari awal jangan bertanya-tanya kapan beasiswa keluar. Dihilangkan saja rasa penasarannya biar menghemat tenaga. Dan jadikan ini maklum karena kita kan tinggal nerima aja, hehehhhe :D
Btw, meskipun datangnya telat begitu, tetap harus bersyukur. Alhamdulillah...
Eh tapi, spp dibalikin kapan ya?
Kenikmatan waktu luang akan bisa dirasakan ketika sebelumnya banyak deadline dalam waktu bersamaan dan singkat. Alhamdulillah, nikmatnya merebahkan badan setelah kemarin bahkan untuk tidur saja masih kepikiran macam-macam. Sekarang bisa rehat sejenak untuk besok kembali berfikir dan beraktivitas.
Kemarin aku berbicara by phone dengan seorang teman waktu kuliah dulu, adik tingkat tepatnya. Dia menanyakan bagaimana mendaftar pasca disini, beserta apa saja persyaratannya. Dia ingin melanjutkan kuliah lagi. Pertanyaanku, kenapa? dan bagaimana dengan pekerjaannya. Jawabannya adalah karena dia sudah lelah dengan pekerjaannya meskipun disana dia bergaji tinggi, selain karena dia ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan dia lebih memilih melepas pekerjaan tersebut.
Pilihan hidup. Setiap orang pasti pernah dihadapkan pada kondisi ini. Dalam memilih sesuatu seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan tujuan hidup.
Apakah pilihan hidup ini ada patokan benar dan salah? Tidak ada. Pilihan itu relatif bergantung pada setiap individu. Namun alangkah baiknya jika setiap pilihan hidup karena Sang Maha Pencipta.
Mungkin ibarat orang baru bangun tidur disuruh lari kali ya. Gak siap.
*Gak siap dengan deadline yang tiba-tiba numpuk
*Gak siap harus banyak-banyak baca jurnal ilmiah
*Gak siap hari senin harus presentasi
Mungkin ibarat orang baru bangun tidur disuruh lari kali ya. Gak siap.
*Gak siap dengan deadline yang tiba-tiba numpuk
*Gak siap harus banyak-banyak baca jurnal ilmiah
*Gak siap hari senin harus presentasi
Buka laptop, dan ternyata ada dua lembar kertas nyempil diantaranya. Serasa ada teriakan, baca aku wooooiiii. Senin presentasi. Hufttt.. Menghela nafas. Sabar ya paper, besok tak baca.