Memang ya, paling gampang ngomong doang. Secara teori mah banyak orang
yang hafal diluar kepala, tapi pas prakteknya langsung, semua teori itu
seperti tidak berguna.
Teorinya sih Allah tidak akan memberi beban
melebihi kesanggupan seorang hamba. Prakteknya, ngeluuuhhh mulu. Nyerah.
Putus asa.
Teorinya, sabar. Tapi jika menemukan kesulitan sedikit saja,
sudah tidak tenang. Pengen cepet-cepet berakhir. Padahal kan semua ada
prosesnya.
Tahu, bahwa setiap orang tidak lepas dari masalah. Bahkan ada
yang menyebutkan bahwa hidup adalah masalah. Namun giliran dikasih
masalah, menganggap bahwa masalah kitalah yang paling berat sedunia.
Terus sedih tak berkesudahan.
Teorinya, Allah lah yang menguasai hidup
setiap manusia. Tapi giliran apa yang diharapkan tidak sesuai kenyataan,
pengen memaksakan kehendak bahwa keinginan kita harus terkabul. Lah..
Siapa kita ngatur-ngatur...
Teorinya, jangan dengerin omongan orang.
Yang penting pandangan Allah. Tapi tetap saja gak tahan dengan omongan
orang-orang.
Sebelum dikasih ujian, kita akan sangat tahu apa yang harus
dilakukan ketika menghadapi sebuah keadaan. Tapi jika kita diharuskan
menghadapi keadaan tersebut, bisa jadi kita justru akan menyalahkan
teori-teori yang sebelumnya diyakini kebenarannya. Menganggap bahwa
teori itu hanya sekedar teori yang mustahil diaplikasikan.
Seperti aku
yang baru ngeh bagaimana sulitnya untuk bersikap ikhlas, percaya akan
pertolongan Allah, sabar, dan bagaimana bersikap baik terhadap orang
tua. Sebelumnya aku hafal bahwa semua itu yang seharusnya dilakukan
dalam menjalani hidup. Itu sebelum ujian datang.
Sekarang. Ketika ujian
menyapa, semua teori itu seperti hilang begitu saja dari kepala. Aku
tidak tahu bagaimana menghadapinya. Aku lupa minta petunjuk sama Allah.
Aku lupa untuk meraih pertolongan Allah melalui sabar dan solat. Aku
lupa bahwa Allah turun di sepertiga malam terakhir, Dia mengabulkan doa
orang yang berdoa, Dia mengampuni orang yang mohon ampun. Dan aku tidak
tahu bagaimana mempraktekkan kepasrahan total terhadapNya.
Memang ya,
ngomong saja itu gampang. Pantaslah Allah berfirman yang pada intinya: kamu belum dikatakan beriman jika belum diuji. Ya... Benar ya. Lha
bagaimana ketahuan beriman atau tidak jika tidak dihadapkan langsung
pada kondisi tertentu. Bagaimana Allah bisa percaya sebelum ada
buktinya. Bisa saja kan kita bilang, aku orang beriman lho... Padahal
bisa jadi pas dikasih ujian, bukan rasa percaya yang bertambah pada
Allah SWT, namun justru pikiran buruk yang terlintas. Ya... Jangan ngaku
beriman sebelum lulus dari ujian.
Ya Allah... Ampuni hamba yang pernah
meragukanMu. Ampuni hamba ya Allah... Aamiin. Ya Rabbal 'Alamiin.
#CatatanUntukDirikuSendiri
0 komentar