Kebetulan gak sih pada saat yang sama telinga dan mataku mendengar dan
membaca kata yang sama, yaitu kata "adu".
Mendengar dari lagu Malaikat Juga Tahu-nya Glenn Fredly, Silahkan kau
adu... Sedangkan kata "adu" aku baca saat menikmati buku 99 Cahaya di Langit Eropa, halaman 327, Kini ekonomi turki boleh diadu.... Beneran berbarengan kata "adu" dalam dua media, suara dan
bacaan. Kebetulan atau ??
I don't wanna be someone who walks away so easily...
Hidup di jaman yang morat marit.. Kebaikan dipandang aneh sedangkan keburukan sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran, membuatku sering berfikir untuk "ngilang". Tapi buru-buru kutepis perasaan itu. Ketika dihadapkan pada sebuah "masalah" yang rasanya kok gak kunjung ketemu jalan keluar, pengen "ngilang" juga. Eh kok kayaknya aku gampang nyerah gini ya. Tiap ada sesuatu yang kurang berkenan rasanya pengen ngilang. Jadi keinget lagunya Jason Mraz yang mengingatkan agar kita tidak gampang menyerah. Dan diluar itu, aku teringat sebuah kalimat, jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Hidup di jaman yang morat marit.. Kebaikan dipandang aneh sedangkan keburukan sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran, membuatku sering berfikir untuk "ngilang". Tapi buru-buru kutepis perasaan itu. Ketika dihadapkan pada sebuah "masalah" yang rasanya kok gak kunjung ketemu jalan keluar, pengen "ngilang" juga. Eh kok kayaknya aku gampang nyerah gini ya. Tiap ada sesuatu yang kurang berkenan rasanya pengen ngilang. Jadi keinget lagunya Jason Mraz yang mengingatkan agar kita tidak gampang menyerah. Dan diluar itu, aku teringat sebuah kalimat, jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Berdoa ya berdoa aja sih. Jangan belum-belum udah bilang kalau doa tersebut gak mungkin
dikabulkan sama Allah. Itu suudzon gak sih namanya? #eehhh
Memang ya, paling gampang ngomong doang. Secara teori mah banyak orang
yang hafal diluar kepala, tapi pas prakteknya langsung, semua teori itu
seperti tidak berguna.
Teorinya sih Allah tidak akan memberi beban
melebihi kesanggupan seorang hamba. Prakteknya, ngeluuuhhh mulu. Nyerah.
Putus asa.
Teorinya, sabar. Tapi jika menemukan kesulitan sedikit saja,
sudah tidak tenang. Pengen cepet-cepet berakhir. Padahal kan semua ada
prosesnya.
Tahu, bahwa setiap orang tidak lepas dari masalah. Bahkan ada
yang menyebutkan bahwa hidup adalah masalah. Namun giliran dikasih
masalah, menganggap bahwa masalah kitalah yang paling berat sedunia.
Terus sedih tak berkesudahan.
Teorinya, Allah lah yang menguasai hidup
setiap manusia. Tapi giliran apa yang diharapkan tidak sesuai kenyataan,
pengen memaksakan kehendak bahwa keinginan kita harus terkabul. Lah..
Siapa kita ngatur-ngatur...
Teorinya, jangan dengerin omongan orang.
Yang penting pandangan Allah. Tapi tetap saja gak tahan dengan omongan
orang-orang.
Sebelum dikasih ujian, kita akan sangat tahu apa yang harus
dilakukan ketika menghadapi sebuah keadaan. Tapi jika kita diharuskan
menghadapi keadaan tersebut, bisa jadi kita justru akan menyalahkan
teori-teori yang sebelumnya diyakini kebenarannya. Menganggap bahwa
teori itu hanya sekedar teori yang mustahil diaplikasikan.
Seperti aku
yang baru ngeh bagaimana sulitnya untuk bersikap ikhlas, percaya akan
pertolongan Allah, sabar, dan bagaimana bersikap baik terhadap orang
tua. Sebelumnya aku hafal bahwa semua itu yang seharusnya dilakukan
dalam menjalani hidup. Itu sebelum ujian datang.
Sekarang. Ketika ujian
menyapa, semua teori itu seperti hilang begitu saja dari kepala. Aku
tidak tahu bagaimana menghadapinya. Aku lupa minta petunjuk sama Allah.
Aku lupa untuk meraih pertolongan Allah melalui sabar dan solat. Aku
lupa bahwa Allah turun di sepertiga malam terakhir, Dia mengabulkan doa
orang yang berdoa, Dia mengampuni orang yang mohon ampun. Dan aku tidak
tahu bagaimana mempraktekkan kepasrahan total terhadapNya.
Memang ya,
ngomong saja itu gampang. Pantaslah Allah berfirman yang pada intinya: kamu belum dikatakan beriman jika belum diuji. Ya... Benar ya. Lha
bagaimana ketahuan beriman atau tidak jika tidak dihadapkan langsung
pada kondisi tertentu. Bagaimana Allah bisa percaya sebelum ada
buktinya. Bisa saja kan kita bilang, aku orang beriman lho... Padahal
bisa jadi pas dikasih ujian, bukan rasa percaya yang bertambah pada
Allah SWT, namun justru pikiran buruk yang terlintas. Ya... Jangan ngaku
beriman sebelum lulus dari ujian.
Ya Allah... Ampuni hamba yang pernah
meragukanMu. Ampuni hamba ya Allah... Aamiin. Ya Rabbal 'Alamiin.
#CatatanUntukDirikuSendiri
Bukankah seharusnya, jika kita sudah berusaha untuk selalu berada dalam ketaatan pada-Nya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan?
Banyak yang mau ditulis. Pelajaran yang kudapatkan setiap hari, resensi buku Muhammd: Para Pengeja Hujan, Imperium dan aku Jauh Engkau Jauh aku Dekat Engkau Dekat,
tempat-tempat favorit di Semarang, kegiatan-kegiatanku... Tapi untuk
saat ini yang paling ingin kutulis adalah WishList Buku, alia buku-buku
yang pengen banget aku punya dan baca. Ini WishList Buku setelah kemarin
sore ke Gramed.
Jauh. Mengapa setiap orang terobsesi oleh kata itu?
-Karena aku pernah mempertanyakan kenapa seseorang harus mengukur kebahagiaan dari jauh dekatnya tempat seseorang berada.
Dan justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini terabaikan.
- Lantas apa makna yang telah diperolehnya setelah melakukan begitu banyak perjalanan?
Juga karena aku suka sampulnya. Kesannya menenangkan.
Sudah. Itulah My WishList Book. Jarang-jarang aku posting hal-hal yang pengen aku punya. Ya harapannya sih, semakin banyak yang tahu, semakin banyak yang mendoakan. Atau ada yang mau mengirim buku-buku tersebut? Heheheheh. Berharap siang ini ada paketan, :)))
- Conspirata
Kenapa
aku pengen banget baca buku ini? Karena setelah baca novelnya yang
pertama, Imperium, aku jadi penasaran bagaimana kisah cicero setelah
terpilih sebagai konsul. Setelah kerja kerasnya selama ini, sampai rela
keliling kota selama beberapa bulan demi kampanye. Baca Imperium, kita
diajak melihat Romawi pada zaman beberapa tahun sebelum masehi. Aku jadi
bertanya-tanya, pada tahun tersebut bagaimana peradaban di Indonesia
ya? Keren banget di Romawi sana pada zaman itu sudah bisa mengadakan
pemilihan umum secara langsung oleh rakyat. Indonesia saja pemilu
langsung baru beberapa tahun kemarin. Memang ya, dalam banyak hal di
luar negeri sana lebih maju.
Oh
ya, sekalinya baca buku tentang politik_yang meskipun novel, sebagian
besar kejadiannya berdasarkan kisah nyata hasil riset mendalam_ aku
bersemangat membacanya. Bahasanya ngalir, baca tapi seakan-akan aku bisa
melihat rangkaian peristiwa, khas karya Robert Harris. Setelah baca The
Ghost Writer, Sang Penulis Bayangan, aku tertarik untuk membaca buku-buku Robert Harris yang lain. Gak sabar pengen baca Conspirata, nunggu bulan depan dulu, :)
- Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan
Jauh. Mengapa setiap orang terobsesi oleh kata itu?
-Karena aku pernah mempertanyakan kenapa seseorang harus mengukur kebahagiaan dari jauh dekatnya tempat seseorang berada.
Dan justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini terabaikan.
- Lantas apa makna yang telah diperolehnya setelah melakukan begitu banyak perjalanan?
Juga karena aku suka sampulnya. Kesannya menenangkan.
- Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat
- Ayahku (Bukan) Pembohong
Sudah. Itulah My WishList Book. Jarang-jarang aku posting hal-hal yang pengen aku punya. Ya harapannya sih, semakin banyak yang tahu, semakin banyak yang mendoakan. Atau ada yang mau mengirim buku-buku tersebut? Heheheheh. Berharap siang ini ada paketan, :)))
Kalau di Semarang hujan, lebih baik langsung pulang dalam keadaan masih hujan atau sudah terang, daripada terjebak banjir. Menunggu hujan reda seperti menunggu banjir semakin tinggi saja.