Judul Novel: Bidadari-Bidadari Surga
Penulis: Tere Liye
Bidadari-Bidadari Surga. Bercerita tentang sebuah keluarga
kecil, bahagia. Sebuah keluarga yang terdiri dari Mamak, Laisa, Dalimunte,
Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Keluarga yang mempunyai semangat berkorban,
kerja keras, harapan terhadap janji kehidupan yang lebih baik, serta keikhlasan
dan penerimaan atas takdir. Semua itu mungkin terdengar klise, biasa saja, dan
tidak ada yang istimewa, karena toh, ada banyak buku yang juga berbicara
mengenai hal-hal tersebut.
Namun membaca novel ini, benar-benar memberi sensasi yang
berbeda, setidaknya menurut saya. Penyampaian pesan tentang pengorbanan, tidak
hanya diucapkan di permukaan saja, yang sekedar mengucapkan “pengorbanan” tanpa
kedalaman makna. Akan tetapi pengorbanan digambarkan dengan begitu dalam, melalui
penggambaran yang seolah nyata, sehingga pembaca bisa terlibat untuk
benar-benar merasakan seperti apa pengorbanan itu. Melalui karakter seorang Laisa
yang menepati janji akan selalu menjaga adik-adiknya,tidak akan terlambat untuk
adik-adiknya, sehingga ia rela mengorbankan sebagian hidupnya untuk
kebahagiaan, kesempatan yang lebih baik di luar sana bagi adik-adiknya: Dalimunte,
Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta.
Bahwa hidup ini harus diisi dengan Kerja Keras, Kerja Keras,
dan Kerja Keras. Sepintas tidak ada
efeknya ketika berbicara mengenai kerja keras. Ya, karena semua orang juga tahu
bahwa seseorang harus kerja keras untuk berhasil. Tapi melalui dialog antara Laisa
kepada Wibisana dan Ikanuri, pembaca bisa tertulari semangat untuk kerja keras.
Bahwa seseorang harus berusaha sendiri untuk mengubah takdir. Dengan sekolah,
dengan belajar sungguh-sungguh, bekerja keras, demi janji kehidupan yang lebih
baik.
Dan pembaca bisa memperoleh pandangan lain mengenai
kehidupan ini. Untuk bahagia ternyata tidak harus yang mewah, akan tetapi seseorangpun
bisa bahagia dalam kesederhanaan. Dalam penerimaan yang indah. Cukuplah semua
yang diberikan Allah. Laisa sudah sangat bahagia dengan adik-adik yang
membanggakan, materi yang cukup melimpah, serta bisa melakukan banyak hal untuk
kampung di lembah Lahambay. Ya, semua itu sudah sangat membahagiakan. Tidaklah
perlu kebahagiaan ini dirusak oleh kenyataan lain yang belum sesuai keinginan.
Pengorbanan, keikhlasan, tidak pernah mengeluh, penerimaan
terhadap takdir, dan tidak pernah menyalahkan siapapun, apapun. Dan segala perilaku baik lain, sepertinya
bisa menjadikan Laisa sebagai salah satu dari Bidadari-Bidadari Surga.
Novel ini juga bercerita tentang masa kanak-kanak yang indah. Tentang cara
mendidik Mamak, yang meskipun tidak memakai teori pendidikan anak yang
canggih, namun Mamak mampu menjadikan anak-anaknya orang hebat. Lantas apa yang
dipakai Mamak untuk membuat anak-anaknya berhasil? Bercerita, mendongeng
tentang keteladanan. Karena masa kecil adalah masa meniru. Kalau yang ditiru
tidak baik, akan berdampak pada perilaku anak yang kurang baik. Dan sebaliknya.
Mamak selalu menyempatkan diri untuk mendongeng selepas solat subuh berjamaah
dan mengaji, disela-sela setumpuk pekerjaannya. Menceritakan kisah Nabi, serta
kisah penuh keteladanan lain.
Hmm, disini pembaca juga diingatkan untuk tetap salat apapun
kondisinya. Saluut.
Ah, baca sendiri novelnya, agar kalian bisa merasakan
sensasi bercampur aduknya emosi. Agar kalian mengikuti prosesnya sendiri,
langsung, dalam mendapatkan pemaknaan pesan-pesan dalam novel. Beda, mengetahui
pesannya secara to the point dibandingkan dengan membaca novelnya sendiri.
Alurnya tidak membosankan, dengan alur maju mundur. Antara
berjalannya kehidupan masa kini, diselingi flashback ke masa kecil
tokoh-tokohnya. Sebenarnya novel ini menceritakan kehidupan selama tiga hari
saja, namun flashback dari tokoh-tokohnya menjadikan novel ini kaya cerita,
sarat makna.